Ok
Daya Motor

Pernah Putus Sekolah hingga Jadi Tukang Sapu, Hermanto Jadi Advokat Ternama di Cirebon

Pernah Putus Sekolah hingga Jadi Tukang Sapu, Hermanto Jadi Advokat Ternama di Cirebon

Dr. Hermanto SH, MH. -Çecep Nacepi-radarcirebon

 CIREBON, RADARCIREBON.COM   - Dunia Advokat di wilayah Cirebon, siapa yang tidak kenal dengan nama Dr. Hermanto SH, MH. Sosoknya cukup dikenal, karena memenangkan berbagai kasus yang dia tangani di meja hijau.

Siapa yang membayangkan! sosok dengan perawakan tinggi sekitar 184cm, badan yang telihat ideal, dan selalu berpenampilan rapi itu berasal dari keluarga biasa. Apalagi Ia melalui masa-masa yang sulit dari mulai putus sekolah hingga menjadi tukang sapu.

Masa-masa yang sulit itu, dimulai sejak usia remaja, tepatnya di waktu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia harus menerima nasib, dari keluarga yang Broken Home dan segala keterbatasannya hingga terpaksa tidak bisa melanjutkan pendidikannya.

"Tahun 1996 saya lulus SMP. Tapi saya tidak bisa melanjutkan ke SMA. Saya berhenti sekolah, dan bekerja di perusahaan rotan di Plumbon. Disana, saya jadi tukang sapu selama satu bulan," katanya.

BACA JUGA: Harga Emas Naik, Jual Terus Melonjak di Cirebon, Apakah Tepat Investasi Emas Saat Ini?

Setelah satu bulan bekerja jadi tukang sapu di perusahaan rotan. Hermanto kemudian mencoba melamar pekerjaan lainnya di Yogya Grand Cirebon di Jln Karanggetas. Disana, Ia diterima bekerja sebagai clening servis.

Di tempat kerjanya itu, Hermanto melihat banyak orang berdasi di Mall tersebut. Ditambah lagi, Ia sempat mendengar ceramah Kyai Janudin MZ yang menyampaikan, “mending terlambat daripada tidak melakukan sama sekali”. Oleh karena itu, Ia pun merasa ketakutan untuk belajar dan sekolah lagi.

"Setelah putus sekolah satu tahun. Saya ijin daftar sekolah ke bos. Tahun 1997, saya diterima di MAN 1 Cirebon dan diperkenankan sekolah sambil bekerja," ujar Hermanto kepada Radar Cirebon. 

Namun, sekolah sambil bekerja itu hanya bisa dilaluinya selama satu bulan. Setelah 8 bulan bekerja di Yogya, Hermanto kemudian keluar dari pekerjaannya dan fokus di sekolah. Ia kemudian sekolah dengan biaya dari kakek dan neneknya.

BACA JUGA: Tidak Hanya Jalan Rusak, 2 Persoalan Besar Lainnya Butuh Penanganan Cepat di Cirebon Timur

Dengan semangat mempelajarinya, untuk pertama kalinya Hermanto mendapat rengking di kelas. Meski hanya rengking ke 5, itu menjadi awal Hermanto semangat mendapat rengking lebih tinggi, hingga mendapat beasiswa. “Pada kelas dua, saya dapat beasiswa dari pemerintah sampai kelas 3, karena dapat rengking satu,” ucapnya. 

Dari perjalanan rengking kelas itu, Hermanto kemudian masuk dengan UNSUD Purwokerto. Perjalanannya untuk menempuh gelar sarjana juga mendapat ujian yang cukup berat. Karena sampai pada semester 3, Hermanto tidak bisa membayarkan SPP (UKT,red) sekitar Rp 250.000. 

Dalam kondisi yang sangat memusingkan itu, Hermanto kemudian curhat dengan bapak kosannya bernama Alm Kirtam Maryoto. Beliau kemudian menyarankan agar menghubungi rektor langsung agar dimudahkan.

"Saya menghubungi rektor dan bertemu dengan rektor yang seorang profesor. Saya curhat bahwa saya tidak mampu membayar SPP. Tiba-tiba profesor mengambil dompet dan mengambil uang untuk dikasih ke saya, untuk membayar SPP satu semester. padahal saya lihat tidak ada uang didompetnya. Dari situ saya berjanji pada diri saya sendiri tidak merepotkan orang lain," terangnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: