Dihajar Peluru Karet, Tujuh Warga dan Jurnalis Terluka
JAKARTA - Setidaknya tujuh warga Palestina, termasuk seorang jurnalis foto yang bekerja untuk Anadolu Agency, terluka ketika pasukan Israel menggunakan peluru karet dan gas air mata, untuk membubarkan para pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat, Minggu (27/9).
Warga Palestina mengadakan demonstrasi di kota Kafr Qaddum, sebelah utara Tepi Barat, untuk memprotes permukiman ilegal Yahudi dan pembatas pemisah Israel. Tentara Israel menggunakan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan aksi demonstrasi, di mana para pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah tentara Israel.
Para pengunjuk rasa dan jurnalis foto Nidal Shtayyeh diserang tentara Israel dengan peluru karet. Shtayyeh, yang mengalami cedera di kakinya, mengatakan bahwa dia dirawat oleh tim medis Palestina di daerah tersebut dan kondisi kesehatannya membaik. Dia terluka oleh pasukan Israel untuk kedua kalinya dalam lima bulan terakhir.
Pada Mei lalu, Shtayyeh terluka di kakinya dengan peluru karet oleh pasukan Israel saat dia meliput demonstrasi Kafr Qaddum. Israel menduduki Yerusalem dan seluruh Tepi Barat setelah Perang Enam Hari 1967 dan mulai membangun pemukiman di daerah itu pada tahun berikutnya.
Perdana Menteri Kuwait Sabah Khaled Al-Hamad Al-Sabah kembali menegaskan kembali sikap negaranya yang berprinsip dan tegas dalam mendukung pilihan rakyat Palestina untuk mendapatkan hak-hak mereka yang sah. ”Perjuangan Palestina masih menempati posisi historis sentral dan penting di dunia Arab dan Islam,” terang Sabah Khaled.
Al-Sabah menekankan pentingnya upaya yang berkelanjutan untuk meluncurkan kembali perundingan guna mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif sesuai dengan Prakarsa Perdamaian Arab. Dia menyerukan diakhirinya pendudukan Israel dan pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Al-Sabah juga menegaskan kembali posisi Kuwait bahwa solusi politik adalah satu-satunya solusi untuk krisis yang sedang berlangsung di Yaman. Dia meminta semua pihak untuk menyetujui proposal yang diajukan oleh Martin Griffiths, utusan khusus PBB untuk Yaman. Perdana menteri Kuwait juga mendesak semua pihak dalam konflik Libya untuk menahan diri dan memungkinkan solusi damai berdasarkan dialog. (fin/ful)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: