Harga Gabah Tinggi, Petani Tetap Rugi

Harga Gabah Tinggi, Petani Tetap Rugi

KUNINGAN - Harga jual gabah kering giling (GKG) meningkat dari semula Rp420 ribu/kuintal ke Rp450 ribu. Namun, secara keseluruhan petani tetap tidak merasa untung karena hasil panen kali ini merugi. Biasanya dari lahan 100 bata petani mendapatkan gabah 8 kuintal sekarang hanya 60 kg. Tentu ini memuat petani merugi. Pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran, sehingga meski harga gabah naik belum bisa menutupi kerugian. “Iya naik harganya tapi panen tahun ini menurun drastis karena ada serangan hama tikus. Kalau harga murah petani semakin terpuruk,” ujar Sarka salah seorang petani kepada Radar, kemarin (21/7). Ia mengaku harga jual gabah lebih mahal dari harga pembelian pemerintah yang hanya Rp420 ribu/kuintal. Seandainya harga jual gabah tinggi ketika hasil panen bagus tentu petani akan untung. “Kalau saya hanya berharap hasil panen berikutnya bagus. Kalau bertani seperti itu kalau nggak untung yah rugi makanya harus sabar,” tandasnya. Burhan  pemilik penggilingan padi yang juga menampung gabah menyebutkan, sebagai bandar hanya mengikuti harga jual di pasaran. Ia mengaku, harga tersebut memang cukup sebanding dengan petani yang pada panen kali ini mengalami kerugian. “Kalau harganya tidak naik petani semakin terpuruk. Selain membayar upah tenaga kerja juga membeli pupuk. Sedangkan harga pupuk terus naik,” ucapnya. Dengan harga jual gabah naik secara otomatis harga jual beras naik menjadi Rp8.000/kg. Semula harga jual beras jenis Ir 64 adalah Rp7.800/kg. Peningkatan Rp300/kg sebanding dengan kenaikan harga gabah. Burhan menyebutkan, harga akan kembali stabil kalau hasil panen melimpah. Dengan stok sedikit tentu akan terjadi kenaikan harga. Mengenai jumlah pembeli pada bulan puasa ini mengalami lonjakan karena mau menjelang lebaran. Meski harganya naik, beras merupakan kebutuhan pokok sehingga pasti dibeli oleh warga. “Alhamdulillah pesanan untuk lebaran saja sudah ada 10 ton. Selain itu juga ada dari konsumen tetap,” jelasnya. Pria yang menggeluti usaha beras sudah belasan tahun ini mengaku, lebih memilih melayani konsumen lokal dari pada ke luar daerah. Selain, ongkos lebih murah juga konsumen sudah pasti.(mus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: