Berbincang dengan Pimpinan Ponpes Bina Insan Mulia, Ingin Cetak 1.000 Sarjana Luar Negeri

Berbincang dengan Pimpinan Ponpes Bina Insan Mulia, Ingin Cetak 1.000 Sarjana Luar Negeri

Untuk bisa berkembang, harus belajar ke peradaban yang maju. Menyerap ilmu dan mengaplikasikannya untuk membangun peradaban bangsa dan mengubahnya menjadi lebih baik.

ANDRI WIGUNA, Cirebon

SEMANGAT itulah yang dijadikan KH Imam Jazuli Lc MA dalam mengembangkan pesantrennya; Bina Insan Mulai Cirebon. Sehingga, tak aneh jika saat ini banyak transfer teknologi, metode, dan aplikasi modern yang diterapkan dalam pembelajaran di lembaga pendidikan yang berlokasi di Desa Cisaat, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, itu.

Kiai muda lulusan Mesir tersebut menyebut santri tidak boleh tertutup pada kemajuan peradaban. Pola pikirnya pun tidak boleh terbelenggu dan kaku sehingga santri bisa menyerap dan membawa perubahan besar untuk peradaban Islam di masa mendatang.

“Inilah yang kemudian menjadi semangat saya untuk mendorong agar potensi santri bisa maksimal. Insya Allah target kita di 2028 punya 1.000 sarjana lulusan luar negeri,” ujar alumni Ponpes Lirboyo Kediri itu ketika menerima kunjungan mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, kemarin.

Dahlan Iskan sendiri nampak takjub dengan penyampaian dan pola pikir kiai muda Nahdlatul Ulama (NU) tersebut. Naluri wartawannya pun terlihat jelas ketika dalam pertemuan tersebut Dahlan ISkan sangat banyak bertanya kepada kiai yang mengambil S2 di Malaysia tersebut.

Dahlan yang masih aktif menulis di Disway tersebut sempat menanyakan hubungan Kiai Jazuli dengan mantan Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB)  dan Ustad Abdul Somad. “TGB kakak kelas saya. Dengan Ustad Abdul Somad juga saya dekat. Sebelum ke Mesir saya mondok di Lirboyo, sebelum ke Lirboyo saya mondok di Kempek di Pondok Kiai Said (Ketum PBNU, red),” imbuhnya.

Ayah dari 6 anak tersebut melakukan terobosan dalam metode pembelajaran dan menerapkan standar internasional dalam pelayanan maupun pembelajarannya. Sehingga secara tidak langsung memberikan cara pandang baru dalam pola dan metode pendidikan di pesantren.

“Santri kita ajarkan berpuasa, tidak kita paksakan. Semuanya atas kehendak masing-masing. Karena semuanya puasa, jadi kalau ada yang tidak puasa, pasti malu dan akhirnya ikut berpuasa. Ini tirakatnya. Dulu saya waktu di Lirboyo puasa setiap hari, pernah juga jalan kaki ziarah Walisongo berjalan kaki,” terangnya.

Pria 44 tahun tersebut memastikan biaya pendidikan di Ponpes Bina Insan Mulia sangat terjangkau meskipun pelayanan dan metode yang diberikan berstandar internasional. Bahkan, menurutnya, mayoritas santri berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri.

“Akses untuk keluar negeri salah satunya didapat dari kerja sama dengan Pak Dahlan melalui Yayasan Pena, mulai dari pembelajaran bahasa sampai dengan keberangkatan,” katanya.

Di akhir pembicaraan, Kiai Jazuli menyebut Dahlan Iskan harus datang kembali ke Bina Insan Mulia untuk memberikan materi pembelajaran kepada santrinya. Kiai Jazuli mengaku sebagai pembaca setia Disway.

Ia kagum dengan tulisan-tulisan Dahlan yang renyah, mengalir, dan mudah dipahami. “Saya ini rutin baca Disway. Nanti kalau Pak Dahlan ke sini lagi, gantian saya yang akan banyak tanya ke beliau,” ungkapnya.

Sekadar diketahui, saat ini ada sekitar 2.700 santri yang belajar di Ponpes Bina Insan Mulia Cirebon. Dari mulai tingkatan SMP, SMA, dan SMK. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: