Chocobond Banyak Varian Rasa, Jadi Ikon Kudapan Baru Cirebon

Chocobond Banyak Varian Rasa, Jadi Ikon Kudapan Baru Cirebon

Kabupaten Cirebon punya banyak kuliner. Cita rasanya pun beraneka ragam. Ada banyak produk yang menjadi ciri khas tanah wali ini. Chocobond cokelat salah satunya. Patut dicoba. Seperti apa rasanya ?

Samsul Huda, Sumber

CHOCOBOND atau Cokelate Wong Cerbon ini merupakan kudapan manis terbuat dari cokelat yang dibaluti dengan berbagai jenis makanan. Seperti, dibaluri emping, intip, tempe, hingga berbagai macam jenis varian lainnya.

Owner Chocobond, Asep Rukmana mengaku, dibuatnya chocobond itu awalnya iseng. Dan di tahun 2017, ia mencoba memadukan makanan tradisional dengan moderen. Caranya pun dicari. Namun, di tahun itu tidak begitu fokus. Alasannya, masih sibuk bekerja sebagai kontraktor.

“Nah, masuk di tahun 2019. Akhirnya saya memfokuskan untuk menggarap kreasi ide yang sempat terputus,” kata Asep di sela-sela acara bazar sembako murah di GOR Ranggajati, Sumber, beberapa waktu lalu.

Ia mengungkapkan, dalam menjalani usahanya tentu banyak rintangan. Terlebih selama ini tidak memiliki bakat berwirausaha. Hingga akhirnya bergabung dengan Dinas Koperasi UKM dan Dinas Perdagangan Perindustrian.

“Saya dilatih mengemas dan memasarkan melalui online seperti marketplace. Jadi tidak hanya mengandalkan penjualan secara konvensional. Berkat memiliki kanal online, pruduk saya laku keras hingga ke luar pulau. Sumatera hingga Bali,” ungkapnya.

Menurutnya, ide membuat chocobond itu juga setelah ada produk chocodot. Isian cokelat dengan dodol Garut. Kemudian, mentransfer produk tersebut di Cirebon. Sesuai dengan makanan khas Cirebon. Emping dan intip. Rupanya, setelah jadi rasanya enak. “Dan akhirnya saya seriusi sampai sekarang,\" ujarnya.

Dijelaskannya, untuk produk unggulan chocobond sendiri adalah, isi emping, tempe, dan intip. “Ada juga varian rasa dari buah mangga, strawberry, green tea, dan yang terakhir adalah cokelat pedas. Yang terbuat dari cokelat dan cabe halus,” bebernya.

Untuk mendapatkan bahan-bahan itu, kata Asep, sangat mudah karena telah bekerjasama sesama pelaku UMKM. Pola seperti ini tentunya saling membantu dan menguntungkan sesama pelaku usaha. “Dalam membuat chocobond ini masih mengandalkan cara tradisional. Karena mesin produksi harganya sangat mahal,” ucapnya.

Sampai saat ini, lanjut Asep, ada empat karyawan yang bekerja secara nonstop jika produknya di banjiri pesanan. Jika masih kurang tenaga, adik dan istri ikut membantu mengemasi chocobond. “Alhamdulillah kalau lagi ramai, omset perbulan bisa mencapai Rp4 sampai Rp5 juta,” bebernya.

Ia menambahkan, bahwa produk chocobond ini, didapuk sebagai ikon kudapan baru khas Cirebon oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: