Sejarah Desa Japara, Gelap Mata Kepala Desa dan Darah Putih Milik Santri
Sejarah Desa Japara, Kecamatan Japara, Kuningan tidak lepas dari tragedi kelam yang terjadi di abad ke-17.-Asep Brd/radarcirebon.com-
Namun menjelang keberangkatan, datanglah seorang laki-laki pengembara yang berasal dari Jepara, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Pria yang diketahui seorang santri tersebut, datang ke Desa Peundeuy Raweuy bermaksud untuk bermalam, usai belajar mengaji dari wilayah Ciamis.
Melalui musyawarah dengan para tokoh masyarakat, diputuskanlah santri tersebut boleh bermalam di Desa Peundeuy Raweuy.
BACA JUGA:Nyi Mas Gandasari, Putri Raja Pasai Yang Diurus Ahli Pengobatan dari Cirebon
Hasil musyawarah, santri diarahkan untuk bermalam di rumah kuwu, sekaligus menjadi penjaga keluarga kuwu selama bertugas.
Singkat cerita, tugas selama tiga bulan selesai, Kuwu Peundeuy Raweuy kembali ke desanya.
Kuwu Peundeuy Raweuy terkejut sesampainya di rumah, melihat sang istri sudah berbadan dua.
“Pada saat mau berangkat ke Cirebon, Kuwu Peundeuy Raweuy tidak menyadari kalau istrinya sedang hamil,” terang M Thamrin.
Oleh sebab itu, kuwu menuduh santri tersebut telah berbuat yang tidak senonoh terhadap istrinya.
BACA JUGA:Tradisi Yu Sheng Hidangan Filosofis Khas Imlek, Bisa Dinikmati di Cirebon, Ada di Tempat Ini
Tuduhan tersebut tidak bisa diterima, karena memang sang santri tidak merasa berbuat seperti yang dituduhkan oleh kuwu.
Untuk membuktikan kebenaran, santri tersebut rela dipenggal kepalanya di hadapan warga Pendeuy Raweuy.
“Jika darah saya keluar merah berarti saya salah, tetapi kalau darah yang keluar putih, berarti saya tidak berbuat yang dituduhkan kuwu,” ujar M Thamrin menirukan cerita.
Dilakukanlah proses eksekusi terhadap santri, disaksikan kuwu dan warga Peundeuy Raweuy lainnya.
Selama proses eksekusi, darah yang keluar awalnya merah, tetapi sang santri meminta algojo untuk menuntaskannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: