Sejarah Desa Cilimus Kuningan, Persinggahan Ki Casawana Dalam Membangun Tarikolot

Sejarah Desa Cilimus Kuningan, Persinggahan Ki Casawana Dalam Membangun Tarikolot

Kantor Balai Desa Cilimus dengan halaman yang sudah ditata menjadi Taman Cilimus. Sejarah desa berawal saat Ki Sacawana membangun Tarikolot.-Tangkapan Layar Video-Yotube Nusaherang TV

Hal ini didapat pada laporan Residen Cirebon yang bernama P.H. Van Der Kemp yang tertuang pada Beslit No. 13 tanggal 30 Januari 1818.

Dalam P.H. Van Der Kemp tersebut, memerintahkan Bupati Linggajati untuk membantu Opsiner Kehutanan Banyaran yang bernama Prudants dan Bupati Bengawan Wetan yakni Raden Adipati Nitidiningrat yang kewalahan dalam melawan para pemberontak yang tengah mundur ke Palimanan. (1979: 16).

Situasi saat itu memang tengah gencar-gencarnya pemberontakan yang terkenal dengan istilah Perang Kedondong di antero wilayah Cirebon, Karawang, Majalengka hingga Kabupatian Talaga.

BACA JUGA:Sejarah Desa Mindi Majalengka, Pemimpin Sakti yang Pura-Pura Bodoh

Pemberootak tersebut dipimpin oleh Ki Bagus Rangin dan Ki Bagus Serit atau pada masa Sultan Sepuh VIII yakni Sultan Raja Udaka (1815-1845) sebagai kelanjutan dari Pemberontakan Pangeran Suryanegara tahun 1753-1773 (Iswara. 2009: 28).

Pada masa itu, lahir seorang putra dari ibu Nyi Mas Sri Murti Wulandari dengan ayah bernama Pangeran Lubang Suryakusuma (anak dari Pangeran Suryanegara II dari istri Ratu Pinangsih Sitoresmi atau Siti Khadijah binti Ki Kriyan).

Bayi tersebut bernama Pangeran Adiredja Martakusumah yang lahir pada hari Jumat Legi, 8 November 1811 di Mertasinga (5 km utara kompleks Pemakaman Gunung Sembung).

Menurut cerita para sesepuh, sejak usia remaja Pangeran Adiredja Martakusumah senang menuntut ilmu, utamanya ilmu kedigjayaan sehingga bisa menguasai ilmu kesaktian rawe rontek.

Seseorang yang memiliki ilmu kesaktian rawe rontek pada masa itu, akan dianggap orang paling sakti dengan kesaktian sangat tinggi.

BACA JUGA:Sejarah Desa Hulubanteng, Kepala Hewan Penjaga Kerajaan Yang Ditebas Syekh Magelung Sakti

Namun sejak kecil Pangeran Adiredja Martakusumah pun sudah mendapat gemblengan ilmu lahir dan ilmu batin dari ayahnya, termasuk ilmu agama.

Menjelang masa remaja, Pangeran Adiredja Martakusumah tersebut berguru pada seorang mantan pendekar sakti yang mengasingkan diri di pinggiran kota raja (di sekitaran Kota Sumber sekarang).

Pangeran muda tersebut akhirnya bisa mengabdi di Keraton Kasepuhan atas jasa seorang Pengageng Keraton Kasepuhan yang disegani raja yang saat itu dijabat oleh Sultan Sepuh IX Sultan Radja Sulaeman. 

Jadi meskipun beliau putra dan cucu seorang pemberontak, disamping jasa sang pengageng tadi, toh beliau juga masih kerabat dekat keraton.

Dikisahkan, pada usia 36 tahun atau tepatnya tahun 1847 Pangeran Adiredja Martakusumah mendapat tugas dari Keraton Kasepuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: