Mayang Asal Bandung Disekap hingga Disetrum di Myanmar, Dijanjikan Pekerjaan Malah Jadi Penipu Skimming

Mayang Asal Bandung Disekap hingga Disetrum di Myanmar, Dijanjikan Pekerjaan Malah Jadi Penipu Skimming

Teodhoran Mayang, warga Sukasari, Kota Bandung korban TPPO di Myanmar. Foto: -Istimewa-JPNN.com

"Mereka itu dikasih ponsel hari Minggu atau Sabtu untuk kasih kabar ke keluarga. Awalnya tiap minggu, lama-lama jadi sebulan sekali, alasannya karena enggak mencapai target,” imbuhnya.

BACA JUGA:Kasus Atasan Ajak Staycation Karyawati Seret Nama PT Mikuni Cikarang, Pihak Perusahaan Langsung Klarifikasi

BACA JUGA:TERUNGKAP! Ini Alasan Kenapa di Pantai Selatan Tidak Boleh Memakai Baju Warna Hijau, Disukai Nyi Roro Kidul?

Baru beberapa hari bekerja, Mayang sudah melaporkan kejadian tidak menyenangkan kepada keluarganya.

Menurut Valeria, adiknya bercerita bahwa mereka di Myanmar mendapatkan mendapatkan perlakuan yang tidak baik.

Ada hukuman fisik yang diterapkan kepada para pekerja dari Indonesia tersebut. Mulai dari push up, squat jump, hingga kekerasan fisik seperti disetrum menggunakan alat khusus.

Tidak hanya itu, gaji yang dijanjikan oleh pihak agen pun tidak pernah diterima oleh Mayang dan rekan-rekan.

Pekerja di sana justru harus mendapatkan potongan upah apabila melakukan kesalahan dan sakit. Bahkan ada ancaman bayar denda hingga ratusan juta.

“Lama-lama ada hukuman exercise, seperti push up, squat jump, lari lapangan terus lama-lama ceritanya mulai gak benar. Telat dikit ada dendanya beribu-ribu, gak benar banget saya bilang ini penipuan,” tuturnya.

“Mereka terima gaji cash dan itu enggak full. Ada potong denda, uang sakit berobat dipotong dari gaji mereka, bahkan ada yang minus. Kalau mau pulang harus bayar Rp 150 sampai 200 juta, sebelum kontrak habis gak bisa pulang,” ungkapnya.

Karena sudah tak tahan, secara sembunyi-sembunyi, Mayang pun mengadukan penderitaannya kepada keluarganya.

Korban minta dipulangkan karena sudah mendapatkan kekerasan fisik dan upah yang tidak kunjung dibayar.

“Minta tolong gimana ini, kami disiksa, ada yang dipukul, disetrum. Sejauh ini saya (Mayang) disuruh keliling lapangan dan squat jump, tapi teman-teman lainnya ada yang sampai disetrum,” tuturnya.

Sampai akhirnya, Valeria dan keluarga korban lainnya mulai melapor ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk meminta bantuan.

“Saya pribadi enggak pernah melapor, diwakili yang lain. Kemarin ke Bareskrim untuk upaya menangkap agen. Kami disuruh buat BAP, dan terakhir komunikasi ke saya, Mayang sebelum disekap itu saat lebaran, 10 hari mereka disekap,” ujarnya. (jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: