Makna Bekas Sujud, Gus Baha: Mengekang Maksiat, Mahad Al Zaytun: Membuat Karya

Makna Bekas Sujud, Gus Baha: Mengekang Maksiat, Mahad Al Zaytun: Membuat Karya

Makna atsaris atau bekas sujud menurut Gus Baha dan Mahad Al Zaytun.-peci hitam/ist-radarcirebon.com

BACA JUGA:Endank Soekamti dan Mahad Al Zaytun, Apa Kaitannya? Oh Ternyata Soal Ini

Gus Baha pun sepakat dengan ulama yang mengatakan atsaris sujud itu sebagai setelah sujud terbukti tidak maksiat. Itu artinya sujudnya membekas.

Dia menjelaskan soal ilmu lughat. Dalam ilmu tersebut makna atsar bisa berati akibat. Maka makna atsar pada kalimat itu bukan bentuk fisik. Tetapi lebih ke perbuatan. 

Dengab begitu, lanjut Gus Baha, bukti sujudnya umat Islam diterima adalah perbuatan tidak melakukan maksiat.

“Jadi atsar sujud paling gampang adalah mengekang dari maksiat," pungkas Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA ini.

BACA JUGA:Messi Kaget Timnas Indonesia Dihuni Pemain Ini

Sementara itu bagi civitas Mahad Al Zaytun yang dimaksud dengan atsari sujud adalah membuat karya.

Hal ini seperti yang diunggah salah satu civitas Al Zaytun Latief WeHa melalui media sosial Facebook.

“Kami memaknai bekas sujud/tanda sujud sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Fath ayat 29 adalah dengan membuat karya,” tulisnya.

Menurutnya bekas sujud itu akan menjadi tanda pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bekas atau tanda sujud itu dapat diwariskan kepada anak cucu.

BACA JUGA:Mamat Alkatiri Sebut Timnas Indonesia Akan Kalah Banyak, Marselino Kirim Pesan ke Publik, Begini Kalimatnya

“Kepada generasi bangsa, untuk selalu ingat, mentaati dan menjalani ajaran Ilahi,” jelas Latief WeHa.

Sebab, katanya, hanya dengan ajaran Ilahi, akan membawa manusia mencapai kebahagiaan yang menjadi dambaan setiap insan. Yakni kebahagiaan dunia dan akhirat.

Menurutnya, di Masjid Rahmatan Lil Alamin, Al-Zaytun selalu berkumpul orang-orang beriman dari berbagai agama dan kepercayaan. Mereka memanjatkan doa bagi keselamatan, persatuan, perdamaian, kebahagiaan bangsa Indonesia dan umat manusia.

Doa kemanusiaan yang universal tersebut, akan menjadi bekas atau tanda. “Atau bahasa kekiniannya adalah jejak digital, yang akan dapat terus dibaca siapapun dan sampai kapanpun. Tak lekang oleh waktu,” tegas Latief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: