OH TERNYATA, Ini Arti Gelar Syekh yang Dipakai Panji Gumilang di Al Zaytun, Bukan Kiai atau Gus

OH TERNYATA, Ini Arti Gelar Syekh yang Dipakai Panji Gumilang di Al Zaytun, Bukan Kiai atau Gus

Arti gelar syekh atau syaykh yang dipakai Panji Gumilang di Mahad Al Zaytun. -Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Panji Gumilang menggunakan gelar syekh yang berada di depan namanya, sebagai pemimpin Mahad Al Zaytun INDRAMAYU.

Biasanya, pengasuh pondok pesantren menggunakan gelar kiai. Ada juga yang menggunakan gus. Namun, Panji Gumilang memilih memakai syekh.

Dalam panggilan kesehariannya juga kerap disebut Syekh Al Zaytun atau Syekh Panji Gumilang. Sementara di internal mahad biasa ditulis dengan ejaan syaykh. Lalu, apa sebenarnya arti dari gelar itu?

Seperti diketahui, ada beberapa istilah yang dipakai untuk sebutan tokoh-tokoh di Mahad Al Zaytun. Untuk pengurus yayasan misalnya. Mereka biasa disebut dengan istilah eksponen.

BACA JUGA:AMBISI Al Zaytun 'Kuasai Lautan' Hingga ke Irian Barat, Bangun Kapal-kapal Besar, Oh Rupanya

Sementara penggunaan gelar kiai maupun gus malah tidak ada. Termasuk kepada anak dari Syekh Panji Gumilang. Juga tidak memakai gus di depan namanya.

Syekh sendiri dalam Agama Islam biasa dipakai sebagai gelar kehormatan. Terutama untuk sosok yang dituakan. Juga untuk menyebut pimpinan sufi ataupun gelar kehormatan ulama.

Datuk MYR Agung Sidayu, Ketua Dewan Pengawas LKM Masjid Rahmatan Lil Alamin menjelaskan, gelar yang digunakannya adalah syekh atau dalam penulisan internal di Mahad Al Zaytun 'syaykh'.

Adapun penyebutan syaykh tersebut memiliki makna sosok senior. Bukan kiai seperti halnya para pemangku pondok pesantren lain di Indonesia.

BACA JUGA:Puja Puji Dubes Palestina untuk Erick Thohir: Sahabat Palestina Sesungguhnya

Syekh Al Zaytun juga tidak memberikan gelar 'gus" kepada anak-anak dan saudara-saudaranya, seperti tradisi yang berlaku.

"Semua eksponen Al Zaytun berstatus sama, yang membedakan adalah senioritas, sebagai keseyogyaan, yang tua mencintai yang muda dan yang muda menghormati yang tua," jelasnya.

Selain itu, dijelaskan MYR Agung Sidayu, di Mahad Al Zaytun juga tidak ada penggunaan pakaian seperti gamis, sorban ataupun sejenis.

Sebab, yang diutamakan adalah busana nasional. Meski penggunaan pakaian ini, dimaknai sebagas fashion atau tren saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: