Kutukan Sembilan Setan, Cerita dari Kisah Nyata yang Diangkat Jadi Film, Simak Kengeriannya

Kutukan Sembilan Setan, Cerita dari Kisah Nyata yang Diangkat Jadi Film, Simak Kengeriannya

Pemain Film Kutukan Sembilan Setan saat media Visit di Graha Pena Radar Cirebon, Kamis (15/6).-APRIDISTA SITI RAMDHANI-RADAR CIREBON

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Berlibur di kaki gunung memang bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk mendapatkan suasana liburan tak terlupakan untuk generasi Z saat ini.

Namun, apa jadinya jika liburan di kaki gunung kali ini justru malah membawa pengalaman misteri. Itulah yang dirasakan oleh lima sehabat dalam film Kutukan Sembilan Setan

Film yang diadaptasi dari kisah nyata ini, mengisahkan liburan sekawan di kaki gunung Bromo yang diperankan oleh Ajil Ditto sebagai Devon, Denira Wiraguna sebagai Lia, Frislly Herlind sebagai Sarah, Joshua Suherman sebagai Miko, dan Fandy Christian sebagai Verdy.

Dengan budget murah mereka mendapatkan villa mistis di kaki gunung Bromo yang memberikan pengalaman misteri pada mereka. 

BACA JUGA:Hasil Bahtsul Masail PWNU Jabar: Memondokan Anak di Al Zaytun Haram Hukumnya, Terbukti Ajarannya Menyimpang

Saat melakukan media visit ke Graha Pena Radar Cirebon, Ajil Ditto menuturkan ia berperan sebagai Devon. Dimana karakter ini merupakan salah satu dari lima sahabat yang berlibur.

Ia bertugas menjadi koordinator perjalanan tersebut. Bertanggung jawab sepenuhnya akan perjalanan liburan dari mulai mencari penginapan hingga lainnya.

"Sifat Devon ini sama seperti generasi z pada umumnya, egois, tidak mau disalahkan, tapi ia juga bertanggung jawab akan perjalanan liburan ini," jelasnya. 

Bermain dalam film bergenre horor bukan pengalaman pertama bagi Ajil. Meski begitu, menurutnya dalam memerankan karakter di film ini terasa berbeda dan memiliki tantangan tersendiri.

BACA JUGA:Hasil Bahtsul Masail PWNU Jabar: Mahad Al Zaytun Menyimpang, Memondokan Anak Haram

Salah satunya proses syuting yang dilaksanakan saat pandemi, membuat proses syuting sempat dihold beberapa bulan karena 60% kru terkena Covid-19. Belum lagi cuaca saat melakukan syuting yang sangat ekstim di kaki gunung Bromo.

"Mayoritas kami melakukan syuting sore ke malam, dan dilakukan di Bromo, Pangalengan, juga Jakarta, cuacanya benar-benar dingin," jelasnya.

Banyak yang disampaikan dalam film ini menurutnya, salah satunya memberikan pesan untuk para penonton terutama para generasi Z yang ingin berlibur ke tempat tertentu.

"Jangan pernah main-main dan semena-mena dengan dunia mereka, ingat mereka hanya mencoba bagagia dan bertahan di lingkungannya sendiri, sehingga bisa hidup berdampingan dan jangan pernah menantang, merusak, apalagi menganggu mereka," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: