Ajaran Pangeran Madrais Dedengkot Sunda Wiwitan dari Kuningan, Pencetus Agama Djawa Sunda

Ajaran Pangeran Madrais Dedengkot Sunda Wiwitan dari Kuningan, Pencetus Agama Djawa Sunda

Ajaran Pengeran Madrais dari Cigugur Kabupaten Kuningan dianggap sesat oleh ulama. Foto:-Istimewa/M Taufik-

Dia pun tertarik dengan ajaran-ajaran spiritual yang berkembang di masyarakat yang diyakini sebagai warisan leluhur.

BACA JUGA:Diapit 3 Gunung, Kampung Unik di Jawa Barat yang Satu Ini Warganya Tidak Pernah Makan Nasi

Setelah dewasa, dia kembali ke Cigugur mendirikan padepokannya sendiri. 

Pengikutnya pun semakin banyak. Tidak hanya dari Kuningan. Banyak yang datang dari wilayah lain di Jawa Barat.

Ajaran Kiyai Madrais terus berkembang. Namun semakin lama, semakin banyak pihak yang menilai ajarannya telah jauh menyimpang dari ajaran Islam.

Madrais mengajarkan kepada murid-muridnya ilmu mistik dan kebatinan.

Ajaran Kiyai Madrais yang dinilai menyimpang antara lain menggunakan kain kafan hitam bagi orang yang meninggal. 

Dia juga mengajarkan kepada murid-muridnya untuk mengucapkan kalimat "Wajoh Lawan" yang artinya "Ayo Lawan" ketika menghadapi sakaratul maut.

Ucapan itu mengandung tujuan atau harapan untuk menahan ajal. Maka, para ulama semakin resah. Kemudian menghukumi ajaran Kiyai Madrais sebagai ajaran sesat.

Setelah dihukumi sesat oleh para ulama, Madrais kemudian menyatakan diri keluar dari Islam. Dia kemudian mencetuskan Agama Djawa Sunda.

Tahun 1926, Agama Djawa Sunda diakui sebagai agama resmi oleh Pemerintah Hindia-Belanda. 

BACA JUGA:Unggahan FIFA Diserbu Fans Indonesia: Yang Penting Garnacho Dikantongin Asnawi

BACA JUGA:Memang Pelatih Berkelas, Ditanya Saran untuk Timnas Indonesia, Begini Jawaban Lionel Scaloni

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: