VIRAL LAGI! Saat Dahlan Iskan Bicara Kebenaran Baru di Al Zaytun: Actionnya yang Disebut Buzzer

VIRAL LAGI! Saat Dahlan Iskan Bicara Kebenaran Baru di Al Zaytun: Actionnya yang Disebut Buzzer

Dahlan Iskan menyampaikan orasi ilmiah mengenai kebenaran baru saat menghadiri wisuda IAI Al Azis Mahad Al Zaytun Indramayu.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Video saat Dahlan Iskan hadir di Wisuda IAI Al Azis Mahad Al Zaytun dan bicara mengenai kebenaran baru viral lagi di media sosial, baru-baru ini.

Potongan video itu, saat Dahlan Iskan menyampaikan orasi ilmiah di Mini Zeteso, Gedung Ali bin Abi Thalib, Mahad Al Zaytun di hadapan 160-an wisudawan dan wisudawati.

Menurut Dahlan Iskan yang juga disaksikan Syekh Panji Gumilang, saat ini ada kebenaran baru yang menjadi tantangan bagi para sarjana ilmu sosial untuk menari pemecahan masalahnya.

Sebab, kebenaran baru ini, seringkali tidak lagi berlandaskan pada fakta, melainkan sebatas persepsi yang terbentuk lewat framing.

BACA JUGA:Momentum Idul Adha 1444 H Dimanfaatkan Konci Rianty untuk Berbagi Daging Kurban

"Di zaman medsos yang gila-gilaan ini, ada yang disebut kebenaran baru. Jadi kebenaran saja tidak cukup. Kebenaran saja sudah kuno," kata Dahlan Iskan pada orasi ilmiah tersebut.

Karena itu, siapa yang masih mengejar kebenaran versi lama akan tertinggal. Kalah oleh yang baru dan terbentuk lewat persepsi.

"Siapa yang mengejar kebenaran, itu sudah ketinggalan. Karena apa? Ada kebenaran baru. Kebenaran baru ini, berbeda dengan kebenaran. Dan kebenaran baru nanti, dasarnya bukan fakta. Jadi fakta tidak mencerminkan kebenaran. Jadi ini betul-betul kebenaran baru," katanya.

Melihat fenomena itu, ketika seseorang saling bantah di media sosial dengan menyodorkan fakta, menjadi tidak ada gunanya.

BACA JUGA:Kecam Aksi Pembakaran Al Qur'an di Stockholm, Jubir UE: Praktek Seperti Itu Tidak Diterima di Eropa

"Jadi kalau kita berbantah di media sosial dengan cara menyampaikan fakta-fakta nggak ada gunanya. Karena fakta tidak lagi jadi bagian kebenaran," tandasnya.

Hal ini terjadi karena kebenaran baru itu, datang dari yang disebut persepsi. "Jadi kebenaran lama based on fact, bertumpu pada fakta. Kebenaran baru ini, bertumpu pada persepsi," jelasnya.

Nah, celakanya persepsi yang menjadi dasar bagi kebenaran baru itu, bukan terbentuk oleh fakta. Melainkan framing yang membentuk persepsi.

"Jadi, untuk apa gunanya perguruan tinggi kalau orang bisa mencari kebenaran lewat framing? Ini persoalan besar bagi sarjana ilmu sosial untuk menyelesaikan," pesannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: