Strata Para Penista Agama, Karya Tulis 'Kasta' Tertinggi, Ucapan Terendah, Panji Gumilang Masuk yang Mana?
Pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Panji Gumilang, menjadi tersangka kasus penistaan agama. .-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Ini “hukum” tidak tertulis. Tapi ini selalu menjadi perbincangan banyak orang. Ternyata para penista agama itu ada strata atau kelas-kelasnya.
Kasta paling tinggi itu ditempati oleh para tersangka atau bahkan terpidana penista agama akibat dari karya tulisnya. Kelas paling rendah berasal dari para penista agama akibat dari mulut atau ucapannya.
Ada kelas lain, yang biasanya juga rendahan. Kasta penista agama ini akibat akumulasi ucapan dan perbuatan.
Mengapa karya tulis ini merupakan kelas tertinggi? Tentu tidak ada ukuran ilmiahnya. Hanya saja untuk membuat karya tulis itu tidak segampang mengucapkan kata-kata.
BACA JUGA:Siap-Siap Denda Ongkos 2 Kali Lipat, Jika Penumpang KA Tidak Turun di Stasiun Tujuan
Untuk membuat karya tulis itu butuh ide, perencanaan, teknik penulisan dan bahkan harus melalui proses editing.
Belum cukup sampai di situ, tulisan itu belum bisa menjadi karya kalau tidak diterbitkan. Baik itu melalui buku, media cetak, media online atau bahkan media sosial.
Intinya, tidak gampang tulisan akan menjadi karya yang bisa dinikmati oleh khalayak. Jika kemudian karya itu bermasalah, unsur kesengajaan itu sangat kecil.
Biasanya karya itu bermasalah karena luput dari antisipasi dan analisa para pihak yang bersangkutan. Dari penulis, editor, dan tentu penerbit.
BACA JUGA:Pencurian Tali Pocong di Cirebon, Gara-gara Isu Korban Meninggal Selasa Kliwon dan Sedang Hamil
Hal ini berbeda dengan yang terjadi di media sosial belakangan ini. Jika ada kekeliruan, hampir pasti akibat dari keteledoran di pengunggah konten tersebut.
Bagi kelas penista agama akibat ucapannya, memang murni kesalahan dari yang bersangkutan. Bisa jadi sengaja, khilaf atau memang kebiasaan asal bicara.
Apalagi belakangan ini, atau mungkin sejak dulu, ada orang yang kerjanya memang berceramah, berdiskusi atau memberikan komentar secara langsung.
Apalagi komentarnya diliput media atau direkam sendiri kemudian disebarkan. Jika tidak ada kontrol, bisa fatal jadinya. Tidak ada editing dan tak ada saringan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: