Kesuksesan Transformasi BRI Buah Kepemimpinan yang Kuat

Kesuksesan Transformasi BRI Buah Kepemimpinan yang Kuat

Direktur Utama BRI Sunarso-ist-radarcirebon.com

Juga memetakan tantangan yang dihadapi serta peluang yang dimiliki. Setelah itu, barulah manajemen perseroan menyusun visi dan bagaimana serta kapan akan merealisasikannya.Berikutnya adalah merancang struktur organisasi termasuk menyusun bisnis model, hingga mendesain new business model.

Hal itu dilakukan untuk menciptakan efisiensi dan men-create value baru. Di mana menjadi tugas seorang CEO untuk creating value. Dalam hal itulah transformasi digital BRI memiliki dua fungsi yaitu efisiensi dan men-create new business model yang sebelumnya tidak pernah ada sama sekali, sehingga men-create value baru.

BACA JUGA:CATAT! 28 Oktober 2023 Bandara Kertajati Beroperasi Penuh, Investor Asing Sudah Siap Masuk

BACA JUGA:Inilah Respon Ketua Umum Partai Golkar Usai Dengar Muhimin Iskandar Ditunjuk Cawapres Anies

“Terakhir yang harus kita desain adalah perilaku kolektif yang efektif untuk mencapai tujuan. Itulah yang kita sebut mendesain culture. Jadi culture di sini adalah agregasi dari perilaku-perilaku individu, mindset individu yang secara kolektif itu adalah sangat efektif untuk mencapai tujuan bersama. Saya kira itu prinsip-prinsip untuk transformasi,” ujarnya menegaskan.

Dengan transformasi tersebut, BRI ingin merealisasikan dua visi besar pada 2025. Pertama adalah Champion of Financial Inclusion dan yang kedua menjadi The Most Valuable Banking Group in South East Asia.
Sementara itu, dalam acara tersebut hadir pula Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara. Dia menekankan bahwa adaptasi atau transformasi harus diperhatikan dan dilakukan dalam menghadapi tantangan yang terus berubah seiring zaman. Menurutnya, “changing atmosphere” memang adalah sesuatu yang selalu ada.

Oleh karena itu sebagai manusia, adaptasi atau transformasi perlu terus dilakukan. Dia mencontohkan, bagaimana pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Mendorong dunia pada krisis ekonomi, krisis kemanusiaan, dan tentunya krisis kesehatan. Sehingga, pada saat itu, berbagai belahan dunia mengalami ekonomi yang negatif.

“Dan dampak negatifnya besar sekali. Oleh karena itu, kalau kita bicara sebagai korporasi, sebagai perusahaan, baik itu perusahaan besar, menengah, kecil, kita harus bisa beradaptasi terhadap perubahan tersebut,” ucapnya.

BACA JUGA:Soal Duet Anies-Muhaimin, Prabowo Subianto: Saya Belum Dengar, Tapi Santai-santai Aja

BACA JUGA:Kombinasi Jeruk Nipis dan Air Mawar Ternyata Mampu Cegah Jerawat, Coba Deh!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: