Ada Pesan 'Goresan Pedang Umar bin Khatab' di Kasus Rempang Batam, Singgung Gubuk Yahudi

Ada Pesan 'Goresan Pedang Umar bin Khatab' di Kasus Rempang Batam, Singgung Gubuk Yahudi

Kasus Pulau Rempang kini hangat menjadi polemik.-Istimewa-radarcirebon.com

BACA JUGA:Berikut Tips Memilih Celana Jeans Agar Terlihat Menarik Akhir Pekan Ini

Cermah dan tulisan itu sangat relevan dengan kasus yang menimpa masyarakat Pulau Rempang. Karena membahas persoalan pembebasan tanah cara Khalifah Umar bin Khatab.

Gubernur Mesir, Amr bin Ash, ketika itu berencana membangun sebuah masjid besar. Di tanah yang akan ditempati, terdapat sebuah gubuk reyot milik seorang Yahudi.

Lalu dipanggil lah si Yahudi itu untuk diajak diskusi agar gubuk tersebut dibeli dan dibayar dua kali lipat.

Akan tetapi si Yahudi tersebut bersikeras tidak mau pindah. Alasannya karena dia tidak punya tempat lain selain di situ.

BACA JUGA:Agar Rekening Tidak Diblokir Secara Otomatis, Perhatikan Ketentuan Saldo Minimal di Bank BCA

Karena sama-sama bersikeras, akhirnya turun perintah dari Gubernur Amr bin Ash untuk tetap menggusur gubuk tersebut.

KH Abdurrahman Arroisi dalam salah satu jilid bukunya 30 Kisah Teladan (1989) menjelaskan, si Yahudi merasa diperlakukan tidak adil. Dia menangis berurai air mata.

Kemudian dia melapor kepada khalifah Umar. Karena di atas gubernur masih ada yang lebih tinggi.

Dia berangkat dari Mesir ke Madinah untuk bertemu dengan Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab. Di sepanjang jalan, si Yahudi ini berharap-harap cemas dengan membanding bandingkan.

BACA JUGA:M Banking BCA Bisa Jadi Solusi Jika Membutuhkan Pinjaman Dana, Nih Syaratnya

“Kalau gubernurnya saja istananya begitu mewah, bagaimana lagi istana khalifahnya? Kalau gubernurnya saja galak main gusur apalagi khalifahnya dan saya bukan orang Islam, apa ditanggapi jika mengadu?”.

Sesampai di Madinah dia bertemu dengan seorang yang sedang tidur-tiduran di bawah pohon kurma. Dia hampiri dan bertanya, Bapak tau dimana khalifah Umar bin Khattab? Dijawab orang tersebut, Ya saya tau.  Di mana istananya? Istananya di atas lumpur, pengawalnya yatim piatu, janda-janda tua, orang miskin dan orang tidak mampu.  Pakaian kebesarannya malu dan taqwa.

Si Yahudi tadi malah bingung dan lalu bertanya sekarang orangnya di mana pak? Ya di hadapan Tuan sekarang.

Gemetar Yahudi ini keringat bercucuran. Dia tidak menyangka bahwa di depannya adalah seorang khalifah yang sangat jauh berbeda dengan gubernurnya di Mesir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: