Justru Tidak Terkenal, Ini Kisah Mak Anggi dan Sejarah Sate Maranggi dari Purwakarta

Justru Tidak Terkenal, Ini Kisah Mak Anggi dan Sejarah Sate Maranggi dari Purwakarta

Sejarah Sate Maranggi Purwakarta yang bermula dari resep Mak Anggi. Foto Kedai Sate Maranggi Bah Use salah satu yang terkenal di Kabupaten Purwakarta.-Kisarasa-radarcirebon.com

BACA JUGA:Sate Maranggi dan Sop Hj Maya Cirebon, Airnya dari Gunung, Bahan-bahan Lokal

Berdasarkan data yang diperoleh Irvan, pembuat resep tersebut adalah Mak Anggi. Mak adalah istilah untuk sosok ibu-ibu dalam Bahasa Sunda.

Entah kenapa, kata dia, ada satu kesepakatan di masyarakat untuk menambahkan huruf R. Jadinya ada nama Maranggi.

Sehingga dari nama tersebut dapat disimpulkan bahwa Maranggi tersebut tidak terkait dengan nama daerah. Melainkan nama orang yang mengalami perubahan pelafalan atau penyebutan.

"Mak Anggi disepakati masyarakat di Purwakarta sebagai yang menemukan resep dari Sate Maranggi," kata Irvan.

BACA JUGA:Tim Pengmas FIB UI Serahkan Hasil Penelitian ke Desa Linggasana

Dijelaskan dia, tugas dari BPK Wilayah IX Jawa Barat adalah melestarikan nilai budaya dan budaya benda.

Sambil melakukan inventarisasi, Irvan juga meneliti dan mengkali cukup mendalam tentang asal mula, bahan pembuatan dan proses pelestarian Sate Maranggi.

Bahkan di tahun 2017 ada upaya untuk mengusulkan Sate Maranggi menjadi warisan budaya tak benda Indonesia.

Kata "Maranggi" memiliki filosofi yang dikenal sebagai "Tiga Daging Setusuk" atau "Tri Tangtu" dalam bahasa Sunda. Filosofi ini melambangkan tekad, ucap, dan tindakan, mengandung makna yang mendalam dalam budaya Sunda.

BACA JUGA:Benarkah Genghis Khan Pernah Meniduri Seribu Lebih Wanita, Miliki 16-17 Juta Keturunan?

Ada beberapa versi asal-usul kata "Maranggi" dalam konteks Sate Maranggi. Salah satunya menyebutkan bahwa "Maranggi" merupakan nama seorang pengrajin keris yang tinggal di tanah Sunda. 

Namun, sumber lain mengatakan bahwa "Maranggi" adalah panggilan seorang penjual sate yang berasal dari Jawa Tengah. Penjual sate ini dulu tinggal di Cianting dan menjual sate yang cukup populer di tahun 60-an. 

Agar lebih mudah dalam pengucapannya, orang-orang kemudian memanggilnya Maranggi.

Sate Maranggi memang berbeda dengan sate lainnya, karena sebelum dibakar dimarinasi terlebih dahulu dengan beragam campuran sesuai versi dan resep pembuatnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: