Pasukan G 30 S PKI yang Dikira Garong, Pagi yang Suram di Kediaman DI Pandjaitan

Pasukan G 30 S PKI yang Dikira Garong, Pagi yang Suram di Kediaman DI Pandjaitan

Peristiwa pemberontakan G 30 S PKI. Foto hanya ilustrasi. -Ist/bakesbangpol-radarcirebon.com

BACA JUGA:Meski Mendarat di Bandara Kertajati, Bandung Masih Jadi Tujuan Favorit Turis Malaysia

Perabot-perabot rumah berantakan dan serpihan lampu berserakan. Demikian pula lukisan, berlubang-lubang terkena tembakan.

Ketika berada di pintu halaman, Herman berpapasan dengan Brigjen Junus Samosir, wakil Asisten I Menpangad. Samosir yang merupakan sahabat Pandjaitan itu tidak menyangka Herman Sarens yang datang.

Mereka saling menyapa. Dari keterangan yang diperoleh dari keluarga Pandjaitan, Herman memperoleh informasi bahwa Pandjaitan diculik oleh pasukan pengawal presiden Tjakrabirawa.

Persisnya, seperti disebut Aco Manafe dalam Teperpu: Mengungkap Pengkhianatan PKI pada Tahun 1965 dan Proses Hukum bagi Para Pelakunya, pasukan yang bertugas menculik Pandjaitan sebanyak satu peleton pimpinan Serda Soekardjo dari Batalion 454 Banteng Raiders Diponegoro.

BACA JUGA:Justru di Cirebon Imam Suprayogo dapat Ilmu yang Dicari, Gabungan antara Pengetahuan Umum dan Agama

Pasukan ini terdiri dari 1 regu Batalion 454, 1 regu Brigade Infantri Jaya Sakti, dan sekelompok sukarelawan Pemuda Rakyat.

Keadaan kacau yang ditimbulkan pasukan itu memaksa Katherin, putri sulung Pandjaitan, berupaya mencari pertolongan.

Mulanya, dia menuju rumah Jenderal Abdul Haris Nasution di Jalan Teuku Umar 43. Setiba di sana, rumah Pak Nas tampak ramai. Orang-orang sekitar mengatakan Jenderal Nasution diculik.

Katherin kemudian bergegas ke rumah bapak tuanya (abang dari DI Pandjaitan) Samuel Pandjaitan dan memberitahukan apa yang telah terjadi.

BACA JUGA:Nasabah Saldo 0 Siap-siap Aturan Baru Penutupan Rekening Otomatis Bank BCA Berlaku 1 November 2023

Ketika hari sudah terang, banyak orang berdatangan ke rumah Pandjaitan. Beberapa di antara yang datang adalah pejabat dan perwira TNI. Anak-anak Pandjaitan masih menangis dan kebingungan.

“Saya sudah siuman dan menangis ketika Katherin datang, tetapi pingsan lagi. Masa, adik Katherin, juga pingsan,” tutur Marieke dalam DI Pandjaitan: Gugur dalam Seragam Kebesaran.

Setelah mengamati keadaan di rumah Pandjaitan, Herman Sarens kembali ke pansernya. Herman sedianya hendak melapor kepada atasannya, Asisten II/Operasi Menpangad Mayjen Djamin Gintings.

Namun, Gintings belum pulang dari Medan dalam rangka menyertai kunjungan Wakil Perdana Menteri I Soebandrio. Maka, satu-satunya tujuan Herman untuk melapor ialah wakil Gintings, Brigjen Muskita. Panser Saracen itu pun melaju ke kediaman Muskita di Jalan Mangunsarkoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: