Pasukan G 30 S PKI yang Dikira Garong, Pagi yang Suram di Kediaman DI Pandjaitan

Pasukan G 30 S PKI yang Dikira Garong, Pagi yang Suram di Kediaman DI Pandjaitan

Peristiwa pemberontakan G 30 S PKI. Foto hanya ilustrasi. -Ist/bakesbangpol-radarcirebon.com

RADARCIREBON.COM - Ada tulisan yang manarik dari Discovery Old Stories. Penggiat media sosial ini menulis tentang hari pertama setelah penculikan  Mayjen TNI (Anumerta) DI Pandjaitan.

Diungkapkan jam-jam genting setelah peristiwa G 30 S PKI di rumah salah satu perwira tinggi yang diculik. Pasukan G30S sempat dikira garong.

Ketika itu di Kebayoran, 1 Oktober 1965. Deru suara panser memecah keheningan dini hari itu. Letkol Herman Sarens Sudiro bersama enam anak buahnya memacu kendaraan lapis baja jenis Saracen.

Berdasarkan keterangan dari perwira kavaleri bernama Letkol Trihardjo, telah terjadi keributan di Jalan Hasanudin 53. Lokasi itu tidak lain merupakan kediaman Brigjen DI Pandjaitan, asisten IV/Logistik Menteri Panglima Angkatan Darat.

BACA JUGA:RSUD dr Slamet Garut Kebakaran Hebat, Pelayanan Terganggu, Kata Wabup: Ruang Cuci Darah Ludes

“Trihardjo dari SUAD meminta panser dengan alasan untuk mengusir garong dari rumah DI Pandjaitan,” kata Herman dalam otobiografinya Ancemon Gula Pasir: Budak Angon Jadi Opsir.

Ada dua panser Saracen yang memang diparkir di rumah Herman. Perintah agar panser itu berada di rumah Herman berasal dari Brigjen Muskita, wakil Asisten II Menpangad.

Saat itu, Herman menjabat sebagai kepala Biro Hubungan Antar Angkatan dan Kesiapsiagaan SUAD II. Dia bertanggung jawab atas pengawasan dan patroli Markas Besar AD.

Berangkat dari kediamannya di Jalan Daksa, Herman tiba di tujuan menjelang fajar menyingsing. Setibanya di rumah Pandjaitan, panser berhenti.

BACA JUGA:Di KPR Bank BCA, Gaji Rp 4 Juta Sudah Bisa Beli Rumah Seharga Hampir Rp 400 Juta, Simak Yuk Simulasi Berikut

Herman meloncat turun sambil mendekap senjata G-3 Getmi dalam kondisi siap menyalak. Pintu gerbang halaman masih terkunci, tetapi kaca-kaca jendela pecah berantakan. Suasana rumah terlihat ganjil dan mengundang rasa curiga.

Dalam buku Kunang-Kunang Kebenaran di Langit Malam disebutkan, Herman Sarens langsung masuk dan menemui istri Pandjaitan, Marieke Pandjaitan, di lantai atas.

Namun, Marieke masih dalam kondisi terpukul dan trauma melihat tentara berseragam. Nyonya Panjaitan itupun mengusir Herman Sarens dari rumahnya.

Menurut anak-anak Pandjaitan, suasana rumah mereka benar-benar sangat mencekam. Genangan darah, bercak-bercak, dan lubang peluru tampak di mana-mana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: