IAIN Janji Tindak Tegas Pelaku Kekerasan
CIREBON – Dugaan tindak kekerasan yang dialami Abdul Qodir Jaelani (AQJ) sehingga mengakibatkan tewas, hingga kini masih misterius. Namun, pihak Rumah Sakit Sumber Waras, Kabupaten Cirebon, tempat terakhir korban dirawat, membenarkan adanya sejumlah luka pada tubuh mahasiswa semester empat IAIN Syekh Nurjati Cirebon itu. Kabid Pelayanan Medis RS Sumber Waras, dr Imelda mengakui adanya luka dalam tubuh Abdul Qodir Jaelani (20). Menurut Imelda, korban sempat beberapa kali buang air besar berupa gumpalan darah berwarna hitam. Namun pihaknya belum bisa memastikan luka dalam tersebut akibat pukulan dari benda tumpul. ”Luka dalam seperti itu bisa ditimbulkan oleh luka pada lambung akibat beberapa penyebab penyakit maag kronis atau benturan benda tumpul. Tetapi jangan salah tafsir, luka benturan tidak hanya disebabkan pukulan, bisa saja kecelakaan atau sebab lain,\" katanya kepada Radar. Meskipun demikian, dr Imelda tidak berani membuka diagnosa medis atas penyebab kematian Abdul. Diagnosa tersebut hanya disampaikan pihak rumah sakit kepada keluarga. Sesuai kode etik dunia kedokteran, begitu pula dengan rekam medik yang disampaikan RS Juanda, Kabupaten Kuningan sebagai rumah sakit yang merujuk Abdul ke RS Sumber Waras. Sementara itu, Kuwu Desa Lungbenda, Sukarso menyampaikan duka cita atas meninggalnya salah satu warga. Selama ini, dirinya belum menanyakan penyebab kematian almarhum terhadap keluarga. Terkait pemberitaan yang sudah beredar, Abdul Qodir Jaelani meninggal dunia setelah mendapat perawatan intensif sekitar sembilan hari. Almarhum masuk rumah sakit karena jatuh pingsan ketika tengah melakukan longmarch dalam rangkaian pendidikan dan pelatihan dasar Mahasiswa Pencinta Kelestarian Alam (MAHAPEKA) pada 25 Januari lalu. ”Saya pribadi menginginkan penjelasan lebih kongkrit soal penyebab kematian almarhum. Dikarenakan banyak yang berbicara kematiannya disebabkan karena alergi ataupun kecapean. Namun di tubuh jenazah terdapat luka-luka memar. Intinya, kami selaku kuwu sekaligus perwakilan dari keluarga korban menginginkan penjelasan penyebab kematian tersebut secara jelas dan pasti,” katanya. Ia berharap kepada seluruh panitia kegiatan, agar hati-hati dan bisa dijadikan bahan evaluasi serta pengalaman dalam berotganisasi, supaya tidak terulang kemabali. ”Saya berharap kepada panitia organisasi, agar dijadikan sebuah pelajaran, supaya berhati-hati untuk melakukan kegiatan tersebut,” harapnya. PIHAK KAMPUS UNDANG WARTAWAN Sementara itu, menghindari tudingan yang dialamatkan kepada institusi Mahapeka dan IAIN, jajaran rektorat buru-buru mengklarifikasia. Bertempat di ruang Senat IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Senin (3/2), Pembantu Rektor (Purek) III Prof Dr Cecep Sumarna menyatakan, sangat berduka dan merasa terpukul akibat kematian Abdul. Namun sejauh ini, pihaknya belum menemukan bukti adanya penyimpangan dalam kegiatan diklatsar yang dilaksanakan unit kegiatan Mahapeka. Pihaknya sudah memanggil panitia kegiatan dari dua hari lalu. Pihak kampus juga sudah membentuk tim khusus untuk melakukan investigasi atas kematian Abdul. Dia berharap dalam dua atau tiga hari ke depan, ada laporan rinci terkait kronologis kematian Abdul dari UKM Mahapeka. ”Kami dari pihak kampus masih perlu mencari bukti-bukti kuat untuk mengetahui penyebab kematian Abdul. Kalau dilihat dari laporan panitia Mahapeka, almarhum meninggal bukan di lokasi kegiatan, tetapi saat dirawat di rumah sakit. Tetapi, jika memang ditemukan bukti tindak kekerasan, maka pihak kampus pun akan mengeluarkan sanksi tegas terhadap yang bersangkutan,” katanya. Kemarin, Rektor IAIN Prof Dr Maksum Mukhtar didampingi Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Prof Dr Cecep Sumarna dan beberapa anggota UKM Mahapeka, berkunjung ke rumah duka. Tidak banyak yang disampaikan Maksum dan Cecep, selain merasa menyesal dan berduka atas musibah tewasnya Abdul Qodir Jaelani. Sementara itu, Kapolres Kuningan AKBP Harry Kurniawan SIK MH melalui Kasat Reskrim AKP Real Mahendra didampingi Kanit Tipikor, Iptu Herie Pramono SH mengatakan, kepolisian sampai saat ini belum menerima laporan dari keluarga Abdul Qodir Jaelani, mahasiswa semester empat IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang tewas di sela sela mengikuti kemah UKM Mahapeka IAIN di Bumi Perkemahan Palutungan, Kabupaten Kuningan. Karena belum ada laporan, maka pihaknya tidak bisa melakukan pengusutan terkait tewasnya mahasiswa IAIN tersebut. “Sampai saat ini, belum ada laporan dari keluarga dia (Abdul Qodir Jaelani, red). Jadi, kami belum bisa melakukan penyelidikan di lapangan,” jawab Herie ketika ditanya Radar, kemarin (3/1). Seandainya pihak keluarga korban merasa ada kejanggalan dalam kematian Abdul Qadir Jaelani, Herie menyarankan agar segera membuat laporan tertulis ke kepolisian. “Sebaiknya kalau pihak keluarga menemukan ada indikasi kekerasan dalam tubuh korban, secepatnya membuat laporan agar kami bisa segera mengusutnya,” sarannya. Ayah korban, Sakad mengakui, pihak rektorat sempat menawarkan anak keduanya untuk bersekolah di IAIN dengan biaya gratis. “Tadi rektorat bilang nanti adiknya, Nur Kofifa yang sekarang masih SMP, setelah lulus nanti bisa langsung ke IAIN dan akan digratiskan,” ungkapnya. Sakad mengakui, dirinya dikabari bahwa sang anak sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. “Maka saya langsung pulang ke Cirebon” imbuhnya, Senin (03/02). Pria yang berprofesi sebagai sopir taksi di Jakarta ini mengaku ikhlas atas meninggalnya anak kesayanganya. “Saya pasrah dan ikhlas atas meninggalnya anak saya. Semua ini adalah kehendak Allah yang maha kuasa,” pungkasnya berkaca-kaca. (arn/dri/ags) FOTO: ABDULROHMAN/RADARCIREBON
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: