Kepala Bapanas: Dalam 2 atau 3 Pekan Kedepan Harga Beras Terkoreksi
Seorang petani sedang memanen padi yang nantinya diproses menjadi gabah kering untuk digiling menjadi beras. Foto:-Anita-Pixabay
JAKARTA, RADARCIREBON.COM – Kenaikan harga beras yang saat ini sedang terjadi, diprediksi akan mengalami koreksi alias penurunan.
Pengoreksian harga akan terjadi signifikan dalam dua hingga tiga pekan ke depan. Hal ini mengacu pada harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani yang sudah mengalami penurunan.
Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyebutkan, Harga GKP sedang mengalami penurunan secara bertahap sejak minggu kedua Februari 2024.
BACA JUGA:Sepakat! OJK Siap Bangun Gedung Kantor di Kawasan IKN
BACA JUGA:Bravo! Semen Padang dan PSBS Biak Promosi Liga 1 Musim Depan
BACA JUGA:Tingkatkan Literasi Digital di Daerah, Kominfo Kolaborasi dengan PCNU Kabupaten Cirebon
"Hari ini harga gabah kering panen di tingkat petani sudah sekitar Rp 7.100 per kilogram (kg). Artinya apabila harga gabah tersebut sudah turun dari Rp 8.600 per kg ke Rp 7.100 per kg dalam dua sampai tiga minggu harga beras akan terkoreksi signifikan," ujar Arief di CNBC Ekonomi Outlook 2024, Ritz-Carlton Hotel, Jakarta, Kamis 29 Februari 2024.
Kenaikan beras yang terjadi saat ini, Jelas Arif, lantaran lantaran kenaikan harga GKP yang juga mengalami kenaikan.
Biasanya, sambung Arief, cara simpel menghitung harga beras yaitu dua kali lipat harga GKP.
BACA JUGA:WJES 2024: Jabar Optimistis Tingkatkan Kinerja Ekonomi
BACA JUGA:Tingkatkan Penetrasi Internet di Indonesia, Smartfren Tawarkan Home Wireles Router
BACA JUGA:For Revenge Meriahkan Supermusic Superstar Intimate Session 2024 di Cirebon
"Kalau harga gabahnya Rp 8.000 per kg maka jangan heran harga berasnya Rp 16.000 per kg. Kalau mau harga berasnya Rp 14.000 per kg maka harga gabahnya kurang lebih Rp 7.000 per kg," kata Arief.
Ia menegaskan bahwa kondisi harga beras yang mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kenaikan ongkos input produksi seperti pupuk, benih, sewa lahan, upah pekerja, dan lainnya.
“Kenapa harga beras tinggi? Karena 8 bulan terakhir defisit, jadi antara produksi dan konsumsi. Kalau lihat tahun 2023 surplus hanya 340 ribu ton, sementara kebutuhan nasional itu 2,5-2,6 juta ton (per bulan).”
“Pada saat produksi demikian persaingan mendapatkan GKP (Gabah Kering Panen) berebut di tingkat petani," ujar Arief.
BACA JUGA:Direktorat Jenderal Pajak Imbau Masyarakat Waspada Penipuan Pajak
BACA JUGA:Tahun 2024, Jabar Dapat Alokasi Inpres Jalan Daerah Senilai Rp1,2 Triliun
BACA JUGA:SSB Kejora Plumbon Buka Pendaftaran Siswa Baru, Inilah Persyaratannya..
Berdasarkan data panel harga pangan NFA per 28 Februari 2024, rata-rata harga GKP tingkat petani berkisar Rp 7.120 per kg, sedangkan harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen berkisar Rp 16.770 per kg, dan beras medium di tingkat konsumen berkisar Rp 14.480 per kg.
Menurut perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi dan konsumsi dalam dua bulan pertama di tahun 2024 mengalami defisit mencapai 2,8 juta ton.
Hal ini memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan importasi beras secara terukur untuk mengamankan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP). (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: reportase