CAT di Aliran Jet Stream, Kemungkinan Jadi Penyebab Turbulensi Parah Singapore Airlines

CAT di Aliran Jet Stream, Kemungkinan Jadi Penyebab Turbulensi Parah Singapore Airlines

Dugaan penyebab turbulensi parah Singapore Airlines.-Singapore Airlines - tangkapan layar-radarcirebon.com

Oleh Alibananda Tito Ash Shidiqi 

(Mahasiswa Pascasarjana di Departement of Aeronautical Engineering, National Formasa University, Taiwan)

Belum diketahui secara pasti tentang penyebab turbulensi parah di pesawat Singapore Airlines. Hanya ada yang menduga jika peristiwa itu disebabkan oleh CAT di wilayah aliran Jet Stream.

Seperti diketahui, pada Selasa tanggal 21 Mei 2024, salah satu pesawat maksapai Singapore Airlines dengan nomor penerbangan SQ 321 mengalami turbulensi parah.

BACA JUGA:Innalillahi, H Acep Purnama Meninggal Dunia

Peristiwa itu menyebabkan terlontarnya para penumpang serta kru penerbangan di dalam kabin pesawat. Satu orang dinyatakan meninggal dunia, dan banyak korban terluka.

Pesawat Boeing 777-300 ER ini yang mengangkut 211 penumpang serta 18 kru. Pesawat ini terjun 6000 kaki dalam waktu kurang lebih 3 menit. Hal itu seperti yang dinyatakan pihak maskapai.

Sementara itu, berdasarkan wawancara CNN dengan salah satu penumpang bernama Andrew Davies, menyebutkan bahwa kejadian turbulensi ini terjadi secara tiba-tiba.

Andrew mengungkapkan bahwa beberapa panel dalam pesawat terlepas. Bahkan dia juga mendengar jika salah satu kursi di kelas ekonomi juga kendur akibat turbulensi parah itu.

BACA JUGA:Kesaksian Ketua RT Tentang Sosok Pegi Setiawan: Gaulnya Sama Orang-orang Luar

Andrew menuturkan pada kejadian itu, ada salah satu penumpang persis di belakangnya mengalami serangan jantung. Penumpang itu bernama Geoffrey Kitchen.

Sejumlah penumpang dan awak kabin berusaha kurang lebih selama 20 menit untuk melakukan pertolongan pertama kepada Geoffrey Kitchen. Namun, usaha mereka tidak berbuah manis. Penumpang itu akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

Dilansir 9news, pakar penerbangan Geoff Thomas mengatakan bahwa selama 20 tahun terakhir, hanya ada 3  korban jiwa akibat turbulensi.

Meski demikian bila dibandingkan dengan periode yang sama, menurut Geoff, terjadi peningkatan sebesar 55 persen insiden turbulensi parah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: