Menangkal Abrasi di Pantura Cirebon, Begini Perjuangan Fachrudin Cs Melestarikan Hutan Mangrove
Melihat langsung Taman Mangrove Pang Laot yang merupakan Program Jawara dari Pertamina EP Zona 7-APRIDISTA SITI RAMDHANI-RADAR CIREBON
BACA JUGA:Luar Biasa! Petambak di Abu Dhabi Kembangkan Keramba Jaring Gunakan Kecerdasan AI
Sambil menyeruput segelas kopi dingin, ia mengisahkan awal mula menanam mangrove pada 2011 di Pasindangan.
Pengalamannya menetap di Aceh membuat Fachrudin sadar akan ancaman bahaya yang menghantui penduduk tepi pantai.
Apalagi saat air laut pasang. Oleh sebab itu, saat datang ke Cirebon dan melihat kondisi pantai, ia bertekad untuk bisa menanam mangrove sebanyak mungkin.
"Setelah Pesindangan, saya mulai menanam di Jadimulya sini, tantangannya pun tak mudah," ungkapnya.
Kendala gelombang timur membuat hanya 10% saja mangrove yang berhasil ditanam di Jadimulya. Bahkan dari total hampir 1juta di sepanjang pesisir Cirebon ini, hanya 30% yang saat ini berhasil tumbuh.
Selain gelombang, penumpukan sampah yang luar biasa juga turut membuat mangrove gagal tumbuh.
Namun, ini tak menyurutkan semangatnya,ia yang memiliki sekitar 35 relawan turut menanam mangrove dengan tak mengenal lelah.
"Seiring berjalannya waktu, masyarakat dari berbagai instansi juga mulai ikut turut langsung menanam mangrove saat ada penanaman, salah satunya Pertamina EP Zona 7 yang juga turut memberikan bibit pohon mangrove," jelasnya.
Ada 21 jenis tanaman mangrove yang berhasil ditanam di sini terdiri dari spesies rhizophora dan avicennia (api-api).
Sambil berjalan mengitari Taman Mangrove, Fachrudin menunjukkan spesies pohon yang tumbuh rindang di sana.
Mulai dari rhizophora apiculate, rhizophora stylosa, rhizophora mucronate, avicennia lanata, avicennia marina, dan avicennia alba.
"Dengan beragam jenis pohon yang ditanam di sini, ke depan Taman Mangrove ini bisa menjadi arboretum dan sarana ekoeduwisata di Cirebon," ungkapnya.
Selain menjadi pelindung bagi masyarakat, kawasan taman mangrove ini juga memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi seperti kepiting dan beberapa ikan.
Fachrudin juga mengungkapkan pernah mendapati salah satu warga desa yang membawa ember dengan setumpuk kepiting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: