Medsos Jadi Ajang Kampanye Hitam
*Rawan Pembentukan Opini, Warga Perlu Pendidikan Politik CIREBON- Kampanye hitam di sosial media belakangan makin mengkhawatirkan. Share berupa link berita yang memojokan salah satu calon presiden, maupun artikel yang tak jelas pertanggungjawabannya, makin marah. Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Tajudin Faza SSos mengatakan, media sosial rentan memberi pengaruh terhadap penggunanya. Efek pembentukan opini juga lebih dahsyat, sebab mau tidak mau terbaca lewat time line. “Yang kita khawatirkan, informasi yang belum jelas kebenarannya itu mampir di time line pemilih pemula. Mereka wawasan politiknya masih terbatas,” ujar Tajudin, kepada Radar, Selasa (17/6). Menurut dia, meski Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) kesulitan melakukan pengawasan terhadap media sosial. Dirinya berharap, Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara pemilu, menyisipkan konten sosialisasi mengenai sosial media. Sebab, pengguna sosial media di wilayah III Cirebon jumlahnya sangat signifikan. Catatan terakhir yang didapat dirinya dari sejumlah riset, ada 1,2 juta akun twitter di wilayah III Cirebon. Itu baru twitter, belum facebook, line, we chat dan yang sekarang sedang tren path. “Saya tentu khawatir. Kalangan mahasiswa saja banyak yang tak mau menggali lagi informasi atau mencari sumber lain. Informasi yang lewat di timeline ditelan mentah-mentah,” tuturnya. Tajudin berharap, KPU menggugah kesadaran untuk mengacuhkan black campaign dan menandinginya dengan pesan sosialisasi pilpres. KPU, sudah waktunya masuk ke ranah media sosial untuk sosialisasi. Sebab, pemilih pemula merupakan kalangan yang aktif menggunakan media sosial. Itu belum termasuk kalangan yang tak tersentuh sosialisasi pilpres. “Kebanyakan kalangan ini menengah ke atas. Mereka cenderung cuek. Tentu dengan adanya sosialisasi di media sosial, kalangan ini juga tergarap. Tapi yang terpenting adalah memberi imbauan terhadap dampak buruk kampanye hitam dan menandinginnya dengan informasi positif,” bebernya. Tajudin menambahkan, kampanye hitam mengenai capres di media sosial diprediksi makin gencar saat mendekati pelaksanaan pemilu. Tentu saja semua pihak berkewajiban memikirkan hal ini. Sebab, pengawasan media sosial seringkali luput dilakukan. “Contoh mudahnya, saat kampanye pileg kemarin, H-1 di twitter masih banyak caleg yang kampanye. Bahkan, di hari H banyak caleg yang kampanye. Ini tidak terawasi,” tandasnya. Komisioner Divisi Sosialisasi KPU, Husnul Khotimah mengaku, pihaknya tengah mengupayakan sosialisasi kepada pemilih pemula. Tujuan sosialisasi ini tentunya agar para pemilih pemula ini tidak terjebak oleh kampanye hitam. “Sosilisasi ini memberikan pemahaman seputar dunia politik dan menentukan capres–cawapres pilihan mereka,” ucapnya. (jun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: