Heboh Jilboobs, Busana Jilbab Ketat

Heboh Jilboobs, Busana Jilbab Ketat

Mungkin Baru Belajar, Mari Benahi Bersama Media sosial sedang diramaikan dengan fenomena Jilboobs, sebutan untuk wanita berjilbab namun memakai pakaian ketat. Jilboobs sendiri merupakan kombinasi kata jilbab dan boobs (maaf, payudara, red). ============================ GAYA berbusana seperti ini mengombinasikan jilbab beragam gaya dengan pakaian super ketat atau transparan, sehingga bagian tubuh tertentu menonjol dari balik pakaian yang dikenakan. Karena itu, busana seperti ini pun mulai heboh. MUI pusat bahkan sudah mengeluarkan larangan bagi muslimah untuk tidak mengenakan busana ala Jilboobs. Lalu, bagaimana komentar para hijabers dan masyarakat Kota Cirebon terkait fenomena Jilboobs ini? Ketua Komunitas Hijabers Cirebon, Ratih Ruslan melalui Humas Eka Octaviani mengatakan, rata-rata pemakai jilbab seperti ini baru belajar memakai jilbab. Eka menilai, mereka tak bisa disalahkan karena masih dalam proses berjilbab. Namun alangkah baiknya secara pelan-pelan mereka memperbaiki busana sehingga syari. \"Percuma kalau pakaiannya ketat, sama aja dengan tidak menutupi aurat. Mungkin mereka yang baru belajar berjilbab dan belum tau adab-adabnya,\" ujarnya. Sebagai salah satu komunitas busana muslim di Kota Cirebon, Hijabers berupaya untuk selalu berbagi tentang adab-adab berjilbab. Tak hanya adab berjilbab saja, komunitas ini juga berbagi dalam hal masalah kewanitaan. \"Tiap pengajian, kita selalu ada materi-materi seperti tentang adab berjilbab, aurat, fikih, akidah akhlak, sampai masalah perempuan pun dibahas,\" terangnya. Eka berharap, semakin banyak informasi mengenai penggunaan jilbab dan berpakaian yang benar. Fenomena ini, lanjut dia, diharap menjadi pembenahan diri. \"Oleh karena itu, mari kita semua mulai berbagi informasi yang benar tentang penggunaan jilbab agar tidak ada yang salah lagi,\" paparnya. Sementara Anggi Maulani SH, salah satu ibu rumah tangga yang memakai jilbab mengaku prihatin dengan munculnya fenomena Jilboobs. Anggi juga mengaku masih dalam tahap belajar untuk syari. \"Aku juga masih suka pakai jeans atau celana katun. Tapi biasanya yang longgar, nggak terlalu ketat,\" ujarnya. Tidak hanya memakai jilbab untuk penampilan, Anggi juga mencoba untuk belajar dan memperbaiki dalam hal beribadah. \"Misalnya pakaian sudah syari, tapi ibadah bolong-bolong, sama aja istilahnya tahu tanpa isi,\" ungkapnya. Ada lagi pendapat dari Metta Malisha, Marketing Communication Hijabstory Cirebon. Wanita yang akrab disapa Metta itu berpendapat, fenomena Jilboobs ini muncul karena kurangnya pemahaman sebagian hijabers soal cara berhijab yang sesuai kaidah agama. Metta melihat sebagian dari wanita berkerudung masih menjadikan jilbab sebagai pembungkus, bukan sebagai pelindung. Ia pun berharap para hijabers bisa memahami kaidah berkerudung yang benar. Yakni dengan menutup secara sempurna kecuali wajah dan telapak tangan. Busana pun seharusnya tidak ketat dan tidak transparan. Agar terhindar dari sebutan Jilboobs ini, Metta memberikan saran pada para hijabers agar sebelum keluar rumah perhatikan tampilan secara keseluruhan. Terutama bagi pemilik ukuran dada besar, jilbab yang panjang dan ukuran yang cukup lebar bisa diaplikasikan. Hindari pula aksen atau detail ramai di bagian dada yang bisa mencuri perhatian. \"Kalau busana kan memang harusnya longgar. Jadi kerudung lebar dan baju longgar,\" sarannya. Terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Cirebon KH Sholihin Uzer mengatakan hingga kini dia belum melihat fenomena komunitas Jilboobs di Kota Cirebon. Kalau fenomena itu masuk ke Kota Cirebon, kata dia, harus jelas dulu bagaimana penggunaan jilbab tersebut. \"Kalau tidak sesuai dengan ajaran Islam maka itu tidak dibolehkan. Sebab nafas ajaran Islam harus berdasarkan Alquran dan Hadits,\" terangnya kepada Radar, kemarin. Ia mengatakan, dalam adab berpakaian apalagi bagi seorang perempuan, tidak boleh mempertontonkan aurat. Sebab hal ini bisa jadi mengundang laki-laki untuk berniat jahat. \"Menutup aurat adalah suatu keharusan, supaya perempuan itu aman dan tidak diganggu oleh laki-laki. Kalau perempuan misalnya berpakaian tertutup tapi tetap terlihat bagian tubuhnya yang menjadi aurat, itu tidak benar,\" tukasnya. Seorang muslimah harus menutup seluruh tubuh, kecuali muka dan kedua telapak tangan. \"Harus rapat, tidak boleh lekton, daton, atau istilah lainnya,\" terangnya lagi. Karena fungsi jilbab dalam ajaran Islam itu untuk menutupi anggota tubuh yang menjadi aurat. Hal ini demi kebaikan dari perempuan itu sendiri, agar tertutup segala kekurangan dan juga menjaga perempuan dari hal-hal negatif. Uzer mengatakan, perkara memakai hijab bukan urusan mendapatkan hidayah atau tidak. Sebab hidayah itu urusan Tuhan. Lebih dari itu, diperlukan pendidikan mengenai berjilbab yang sesuai dengan ajaran Islam sejak kecil. \"Kalau dibiasakan sejak kecil, di keluarga pasti tidak sulit untuk memakai jilbab,\" katanya. Selain itu dibutuhkan juga pendidikan di luar keluarga, misalnya di sekolah dan di lingkungan masyarakat. Sementara, salah satu pemuda Kota Cirebon, Jili Maulana mengatakan tingkat keimanan dan kepatuhan orang terhadap agamanya beda-beda. Jili mengaku tak bicara personal tentang apa yang seseorang pakai, tapi dirinya berbicara masalah adab secara keseluruhan. \"Kewajiban kita itu untuk mengingatkan mereka, memberinya pengetahuan lebih lanjut, bukan mengejek atau mencemoohnya. Kalau memang peduli, jangan mem-bully apalagi dengan memposting foto-foto mereka. Beri tahu mereka dengan cara yang baik, santun,\" ujarnya. Sebagai seorang laki-laki, Jili mengaku tak suka dengan perempuan yang berpenampilan seperti itu. Namun, dirinya juga tak suka dengan tindakan orang-orang yang mem-bully. (mike dwi setiawati/jamal suteja)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: