Batu Karang Gua Sunyaragi Dibersihkan dengan Air dan Cairan Anti Jamur

Batu Karang Gua Sunyaragi Dibersihkan dengan Air dan Cairan Anti Jamur

CIREBON- Struktur batu karang yang menjadi material bangunan Gua Sunyaragi yang saat ini tengah dikonservasi sudah mulai terlihat bersih dan jelas. Bahkan pekerjaan pembersihan batu-batu karang itu sudah mencapai 65 persen. Kegiatan konservasi sendiri berkaitan dengan program pemerintah pusat dalam merevitalisasi keraton dan benda cagar budaya di Cirebon. Heryanto, salah seorang pekerja konservasi mengatakan proyek revitalisasi sudah mulai dikerjakan sejak empat pekan yang lalu. Pekerjaan revitalisasi Gua Sunyaragi sendiri meliputi konservasi yaitu pembersihan batu-batu karang dan material lainnya yang masih utuh. Sedangkan untuk yang sudah rusak, material diperbaiki atau diganti dengan material baru. Seperti halnya sirap atau atap yang diganti karena kondisinya sudah rusak. Pembersihan batu karang Gua Sunyaragi dilakukan dengan cara menyemprotkan air dan juga cairan anti jamur ke permukaan batu. Kegiatan konservasi dilakukan untuk membuat struktur Gua Sunyaragi dikembalikan seperti sedia kala. \"Ya dulu batu karang ini kan hitam, banyak lumutnya. Sekarang sudah mulai bersih sehingga wujudnya kelihatan secara jelas,\" ucapnya kepada Radar Cirebon. Tak hanya itu, di sekitar area gua sudah dibangun pagar yang mengelilinginya. Dan membuatkan jalan untuk memudahkan pengunjung menelusuri area yang memiliki 10 gua tersebut. Area Gua Sunyaragi sendiri memiliki luas sekitar satu setengah hektare. Dalam kompleks gua ini memiliki 10 gua-gua yang memiliki nama dan fungsinya masing-masing. Yakni gua pengawal, gua simanyang, gua langse, gua peteng, gua padang ati, gua argajumut, gua pandai kemasan, gua kelanggengan, gua lawa, dan gua pawon. Sebagaimana diketahui, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun ini kembali menggelontorkan anggaran revitalisasi keraton-keraton di Cirebon. Fokus utama garapan masih dalam hal memperbaiki fisik bangunan cagar budaya. Pada tahun ini, empat lokasi yang akan diperbaiki yakni Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Gua Sunyaragi, Keraton Kacirebonan dan Keraton Kaprabonan. Anggaran yang digelontorkan mencapai Rp10 miliar. Ketua Komunitas Budaya Cirebon, R Subagja mengingatkan revitalisasi harus bisa dikerjakan dengan hati-hati. Menurutnya, sebagai salah satu bangunan yang bersejarah tinggi dan memiliki nilai religius dan pusat magis. Maka setiap penggarapan hendaknya tidak boleh sembarangan. \"Jangan sampai nilai sakralnya hilang. Kalau sudah seperti itu apa bedanya keraton dengan bangunan mal-mal,\" terang dia. Lebih jauh, ia pun meminta Sultan Kasepuhan sebagai pemangku adat melakukan pengawasan dan penjagaan terhadap bangunan cagar budaya. Sehingga kegiatan revitalisasi fisik yang masih dilakukan tidak merusak citra keraton sebagai bangunan cagar budaya. \"Jangan sampai karena sudah mendapat bantuan melalui revitalisasi ini, tapi kita luput mengawasi kegiatan revitalisasinya,\" cetusnya. Sebagai contoh, Subagja menduga adanya penggunaan bahan material untuk sirap Masjid Sang Cipta Rasa yang mengunakan kayu campuran, bukan kayu jati asli seluruhnya. Tak hanya itu, adanya pembuatan jalan setapak dari batu alam juga disinyalir telah mengubah asli keraton. Ia juga menyayangkan posisi Disporbudpar Kota Cirebon yang lemah juga dalam melakukan pengawasan. Padahal dalam UU disebutkan mengubah, mengurangi, menambah bangunan cagar budaya itu ada sanksinya. \"Ini yang harus dicermati, disporbudpar posisinya di mana? Minimal mereka memberikan masukan-masukan dalam revitalisasi itu, jangan asal mengubah begitu saja,\" tukasnya. Selain itu, Subagja juga menyoroti masih lemahnya kepedulian warga sekitar terhadap pemeliharaan benda cagar budaya. Dikatakan, revitalisasi ini seharusnya bisa membuat keraton bisa menjadi objek vital yang dijaga dan dipelihara oleh masyarakat. Ia melihat belum ada sejauh ini revitalisasi belum menyentuh aspek non fisik. Di mana lokasi keraton masih kumuh oleh para pedagang kaki lima di sekitar keraton. Sehingga dampak kegiatan revitalisasi tidak dirasakan dalam meningkatkan parwisata Kota Cirebon. \"Kita harusnya belajar dari Jogja yang mampu menjual pariwisata dari nilai sejarah dan budayanya, dan itu yang harus dijual oleh kita,\" ucapnya. Dikatakan, pihaknya rencannya akan menerjunkan tim untuk melakukan pengecekan terhadap proses revitalisasi objek-objek bersejarah di Kota Cirebon. \"Apabila ada pelanggaran kita akan usut lebih lanjut,\" tandas pria lulusan sejarah Unpad ini. (jml)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: