Cirebon dan Kuningan Bikin Tegang Konfercab

Cirebon dan Kuningan Bikin Tegang Konfercab

Dicoret dari Sekretaris, Suherman Serang Mustofa CIREBON– Banyak kejutan di arena Konfercab PDIP untuk sejumlah kota/kabupaten yang diadakan di lantai 3 Apita Tower Kedawung, kemarin (9/3). Kejutan sendiri terjadi di DPC PDIP Kabupaten Cirebon dan DPC PDIP Kabupaten Kuningan. Tak ada nama Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi yang sebelumnya sempat digadang-gadang menjadi kandidat kuat untuk menjadi ketua DPC PDIP Kabupaten Cirebon menggantikan Tasiya Soemadi Al Gotas. Begitu juga Wabup Kuningan H Acep Purnama MH yang digadang-gadang sebagai kandidat terkuat, justru tidak lolos rekomendasi. Pantauan Radar, kericuhan pertama terjadi setelah Ketua DPC PDIP Kabupaten Cirebon terpilih, H Mustofa SH, mengumumkan struktur kepengurusan partai periode 2015-2020. Di situ, tak ada nama Suherman sebagai sekretaris. Suherman hanya ditempatkan pada posisi wakil bendahara bidang internal dan inventarisasi kekayaan partai. Sementara yang dipilih menjadi sekretaris adalah Edi Mustofa. Suherman langsung interupsi. “Interupsi, ini tidak sesuai dengan kesepakatan pada saat musyawarah mufakat,” kata Suherman. Pria yang biasa disapa Anger ini kembali menyampaikan interupsi sebelum pembacaan sumpah jabatan yang dipimpin Ketua DPP PDIP Nusirwan Sujono. Namun, interupsi itu berhasil diredam oleh Nusirwan dan meminta agar Anger mengikuti prosesi pembacaan sumpah atau janji jabatan. Pasca pembacaan janji atau sumpah jabatan, Anger kembali melancarkan protesnya kepada Mustofa dengan mendatangi langsung Mustofa yang tengah berdiri di dekat meja peserta konfercab. “Maksudnya apa ini Ji (panggilan Mustofa, red) hasil ini tidak sesuai dengan kesepakatan,” protes Anger. Pada kesempatan itu Mustofa menjawab hasil itu sudah sesuai dengan kesepakatan bersama tim formatur. Tidak terima dengan jawaban tersebut, Anger dan Mustofa langsung bersitegang dengan wajah saling berhadap-hadapan. Melihat situasi tersebut, satgas dan peserta konfercab langsung menengahi guna menghindari pertikaian fisik. Anger langsung dibawa oleh beberapa orang keluar arena konfercab. Terkait aksi protes Angert, Mustofa mengatakan struktur pengurus yang sudah disusun dan diumumkan merupakan sebuah proses yang menyulitkan karena harus mengakomodasi semua elemen demi kondusivitas dan kesolidan partai. “Ini hasil yang terbaik,” katanya. Selain itu, tambah Mustofa, tidak ada ketentuan bahwa peserta yang ikut dalam proses musyawarah mufakat, yang terdiri dari 3 orang yang direkomendasikan oleh DPP PDIP harus jadi sekretaris atau bendahara. “Saya ingin mengakomodir, tapi formatur menolak. Saya menghormati proses demokrasi dan itulah yang terbaik,” imbuhnya. Sementara Anger menjelaskan aksi protesnya ini karena Mustofa melanggar komitmen, yakni akan menempatkan dirinya dalam jabatan sekretaris. “Saya ini didzolimi dan dibohongi. Jika memang struktur ini tetap dipertahankan, maka ada unsur pemaksaan. Sehingga SK 066 dan 067 tidak dianggap. Ini akan saya laporkan ke DPP dan lapor ke polisi karena tadi saya sempat dipukul dan dicekik oleh orang mereka,” tandasnya. Sementara itu, Wabup Kuningan H Acep Purnama MH yang digadang-gadang sebagai kandidat terkuat, justru tidak lolos rekomendasi. Berdasarkan keputusan DPP PDIP, ternyata 3 nama yang lolos. Yakni Tresnadi, Rana Suparman, dan Enang Nurdin. Sementara nama Acep Purnama sama sekali tidak tertuang dalam rekomendasi sebagai calon ketua. Di samping Acep, 3 nama lain yang tidak lolos antara lain Nuzul Rachdy SE, Iwan Herlambang dan M Toha. Ketidaklolosan Acep membuat suasana konfercab jadi ricuh. Tapi pada akhirnya kericuhan berhasil diredam yang tidak terlepas dari peran Acep itu sendiri dari jarak jauh. Setelah lahir 3 nama besar, disepakati Rana Suparman SSos sebagai ketua DPC PDIP Kuningan periode 2015-2020. Kala dikonfirmasi pasca konfercab, Acep menerima keputusan DPP terkait ketidaklolosannya. Namun mayoritas kader PDIP di Kuningan menanyakan kriteria pelolosan 3 besar. “Temen-temen mempertanyakan kenapa saya tidak lolos. Pikiran mereka, mungkin kalau disejajarakan dengan Tresnadi dan Rana itu sejajar lah. Tapi kalau dengan satunya itu (Enang Nurdin, Ketua PAC Cibingbin, red) terlalu jomplang,” terang Acep kepada Radar via ponsel. Namun meski muncul banyak ketidakpuasan, pihaknya bersyukur berhasil meredam para kader untuk tidak berbuat anarkis dan bertindak brutal. Hanya saja pada saat penyusunan struktur kepengurusan oleh formatur masih belum ada kesepahaman. “Tadi itu kan ketua formatur didampingi 4 anggota formatur menyusun struktur kepengurusan dan semuanya walk out. Tapi yang saya dengar susunan kepengurusan tetap diumumkan tanpa mekanisme seperti biasanya dengan bubuhan tandatangan. Terus selanjutnya entah mau bagaimana ini,” kata Acep. Bagi Acep, keputusan DPP diterima. Namun para kader PDIP Kuningan ingin menanyakan kriteria tersebut. Selain itu, para kader juga mengeluhkan persidangan sebesar konfercab melewatkan banyak hal penting. “Banyak hal yang tidak dilakukan. Seperti pandangan umum PAC-PAC. Kan pandangan umum itu bukan hanya terkait LPj ketua saja, tapi ada masukan-masukan atau catatan untuk bisa jadi pedoman bagi pimpinan sidang dalam menyusun kinerja atau program kerja yang akan datang. Tapi itu tidak dilakukan,” ungkapnya. Kepada Radar, dirinya meyakini jika saat ini masih memanas maka ke depan diharapkan baik kembali. Acep juga masih ikut memikirkan nasib partai ke depan. Sebab dia merasakan tidak mudahnya membangun partai. “Saya juga menyayangkan yang terjadi sekarang ini dengan munculnya banyak ketidakpuasan. Ke depan perlu kerja keras untuk membangun kembali, menyemangati rekan-rekan,” kata Acep. Terpisah, salah satu kandi­dat Ketua DPC PDIP yang juga gagal mendapatkan rekomendasi dari DPP, Nuzul Rachdy SE, memberikan komentarnya terkait hasil konfercab. “Terpilihnya Rana Suparman dalam Konfercab tadi (kemarin, red) itu sudah sesuai mekanisme yang ada di PDIP. DPP merekomendasikan 3 nama yakni Pak Rana, Pak Tresnadi dan Pak Enang Nurdin. Dalam musyawarah itu, Pak Rana yang dipilih jadi Ketua,” beber Zul. Diakui Zul, dalam konfercab tersebut sempat terjadi insiden kecil sebagai ungkapan kekecewaan sejumlah PAC karena dalam rekomendasi terdapat nama Enang Nurdin, bukan Acep Purnama seperti yang mereka harapkan. Namun insiden tersebut bisa teratasi dan keadaan kembali kondusif tanpa merubah keputusan Rana sebagai Ketua DPC PDIP Kuningan. Sebagai balon yang tak lolos rekomendasi, Zul mengaku sangat legowo menerima keputusan tersebut. Ia kembali menegaskan, rekomendasi merupakan wewenang DPP yang tidak bisa diutak-atik. “Saya saja tidak direkomendasi tidak apa-apa, saya legowo karena (rekomendasi, red) itu merupakan kewenangan DPP,” ucap dia. Terpilihnya Rana Suparman sebagai Ketua DPC PDIP periode 2015-2020, tambah Zul, bisa juga disebut sebagai kejutan yang pernah ia lontarkan sebelumnya. Pihaknya berharap ke depan PDIP Kabupaten Kuningan bisa berubah lebih baik lagi dengan kepemimpinan Rana Suparman yang kini menjabat Ketua DPRD. Sementara itu, pemilihan ketua DPC PDIP Kota Cirebon dan Kabupaten Majalengka berlangsung lancar. Untuk Kota Cirebon, Edi Suripno kembali terpilih menjadi ketua, serta Majalengka nama Bupati Sutrisno juga tak mengalami kendala untuk kembali memimpin PDIP Kabupaten Majalengka. (jun/ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: