Pengamanan Makin Ketat

Pengamanan Makin Ketat

CILACAP- Eksekusi mati tinggal menunggu detik-detik akhir. Rencananya sembilan terpidana mati itu akan ditembak pada hari Rabu (29/4) dini hari. Agar berjalan lancar, kemarin (27/4) keamanan di sekitar Pulau Nusakambangan pun diperketat. Dari pengamatan Jawa Pos (Radar Cirebon Group), polisi sudah memasang pagar pembatas pada jalan masuk ke Dermaga Wijaya Pura. Tak hanya itu, traffic barier juga dipasang di pinggir jalan. Hal itu untuk mencegah pada warga dan wartawan menganggu transportasi menuju ke Dermaga. Tidak ada lagi warga yang bisa masuk dengan mengendarai sepeda motor ke dermaga. Karena petugas sudah menghalau di jalan masuk menuju dermaga. Mobil dan kendaraan para jurnalis pun tidak diperbolehkan parkir di area pintu masuk. Kapolres Cilacap AKBP Ulung Sampurna Jaya menuturkan jumlah personel yang diterjunkan totalnya 1.200 orang. Tim tersebut merupakan pasukan gabungan dari Polres Cilacap, Polda Jateng dan TNI. Sebelum bertugas, mereka mengikuti apel gelar pasukan di halaman Mapolres Cilacap. “Aparat gabungan berasal dari Polda Jawa Tengah dan Kodam IV Diponegoro. Mereksa sudah dipersiapkan untuk melakukan pengamanan,” jelas kapolres. Personel itu ditempatkan di seluruh titik yang sudah dipetakan. Yakni di daratan Cilacap, maupun di Pulau Nusakambangan. Sesuai instruksi , seluruh area dermaga hingga jalur masuk menuju Nusakambangan disterilkan. Tak hanya itu. Perairan pulau Nusakambangan juga dijaga ketat. Sejumlah polisi dari kesatuan Direktur Pol Air mengamankan wilayah itu. Mereka terus berpatroli menjaga tamu yang akan masuk ke dalam lapas di Nusakambangan. Kemarin, kejaksaan juga memberikan kesempatan bagi keluarga untuk berkunjung. Tampak keluarga dari Myuran Sukumaran dan Andrew Chan masuk ke Dermaga pukul 10.00. Mereka kembali pada pukul 16.00. Usai berkunjung ke lapas besi, keluarga duo Bali Nine menggelar keterangan pers pada wartawan. Dari keluarga Sukumaran diwakili oleh Chintu Sukumaran. Sedangkan dari keluarga Chan diwakili oleh Michael Chan. Chintu menjelaskan saat ini kondisi terakhir Myuran sangat baik. Dia tetap melakukan aktivitas seperti biasa. “Dia tetap melukis setiap harinya dan tidak depresi,” jelasnya. Menurut Chintu, Myuran masih tetap percaya bahwa pemerintah Indonesia akan menganulir eksekusi mati. Sebab, tidak sedikit warga Australia bahkan warga Indonesia yang meminta presiden Jokowi membatalkan keputusan tersebut. “Dia merasa dapat spirit. Karena banyak yang mendukungnya,” paparnya. Namun, tidak dengan perasaan keluarga Sukumaran. Chintu mengaku, keluarga shock mendengar Myuran akan dieksekusi dalam waktu dekat. Dia mengaku, masih ada upaya hukum dari pengacara Myuran. “Namun tiba-tiba ada pengumuman eksekusi dalam waktu dekat. Kami terkejut dan takut,” jelasnya. Menurut dia, seharusnya pemerintah Indonesia mempertimbangkan upaya hukum dari Myuran. Selain itu, presiden harus melihat secara teliti grasi dan sikap serta perbuatan Andrew selama di Lapas Kerobokan Bali dan Nusakambangan. Chintu mengatakan banyak perubahan yang sudah dilakukan oleh kakaknya itu. “Bahkan kakak saya menjadi pembimbing melukis. Banyak napi yang sudah keluar kini mandiri dan tidak menjadi pengedar narkoba lagi,” ujarnya. Lebih jika Myuran jadi ditembak mati, apakah keluarga Sukumaran akan membenci Indonesia? Chintu mengatakan dia tentu akan marah. Namun tidak akan membenci Indonesia. Sebab dia sudah mencintai Indonesia dan penduduknya. “Banyak teman saya orang Indonesia,” jelasnya. Hal yang sama diutarakan Michael Chan. Dia berharap Andrew dapat kesempatan kedua. Dia mengakui bahwa apa yang dilakukan saudaranya itu salah. Saat remaja dia salah memilih pergaulan. Akhirnya dia terjebak di dalam dunia narkoba. “Tapi saya yakin orang bisa berubah. Itu yang sudah ditunjukkan Andrew,” ungkapnya. Saat ini, dia mengatakan, Andrew sudah tahu bahwa dia akan dieksekusi. Michael mengaku, Andrew sangat sedih. Bukan lantaran dia akan mati. “Namun karena Ibunya sedih,” jelasnya. Dalam kesempatan itu, Michael juga membenarkan bahwa Andrew sudah menikah dengan Febriyanti Herewila. Gadis asal Jogjakarta itu dikenal Andrew sejak di lapas Kerobokan. Perempuan itu bertugas sebagai pendeta di Lapas tersebut. Namun, ketika ditanya lebih lanjut bagaimana proses pernikahan kedua pasangan itu, Michael enggan menjelaskannya. “Iya, mereka menikah siang tadi di lapas,” tuturnya singkat. Sementara itu, Jaksa Agung H M. Prasetyo menuturkan, permintaan Andrew Chan untuk menikah ini tidak melanggar norma agama, kesusilaan dan hukum. Karena itu, permintaan itu akan dikabulkan, sehingga Andrew bisa menikah. “Saya kabulkan sepanjang itu memang permintaan terakhirnya. Saya minta agar jaksa di lapangan memastikannya,” paparnya. Pernikahan itu diperbolehkan bukan hanya karena tidak melanggar aturan, Kejagung ingin menunjukkan bahwa setiap terpidana mati memang diperlakukan manusiawi. “Inilah perbedaannya, kami memanusiakan mereka,” terangnya. Apakah Andrew dan kekasihnya boleh menjalani malam pertama, setelah menikah? Mendengar itu Prasetyo terdiam. Sesaat kemudian, dia menuturkan bahwa dulu saat dirinya menikah juga tidak melakukan malam pertama. “Saat itu saya kelelahan karena acara adat. Sehingga, sebenarnya wajar bila menikah tapi tidak menempuh malam pertama. Jadi, tentu tidak untuk malam pertama,” paparnya. Secara teknis, pernikahan itu digelar secara sederhana di Lapas Besi, Nusakambangan. Semua petugas menyiapkan pernikahan tersebut. “Kalau meminta pernikahan digelar ditempat lain, tentu tidak diperbolehkan,” paparnya. Namun, yang paling utama pernikahan tersebut tidak akan menunda atau malah membatalkan eksekusi mati. Dia menegaskan, pernikahan ini tidak boleh menganggu jadwal eksekusi mati. “Eksekusi mati harus sesuai jadwal, tapi saya tidak bisa ungkapkan kapan eksekusinya dilakukan,” terangnya. (aph/far/idr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: