Bisa Longsor Susulan, Harus Relokasi Warga

Bisa Longsor Susulan, Harus Relokasi Warga

BANDUNG- Warga di sekitar lokasi longsor di Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, harus direlokasi agar terhindar dari ancaman longsor susulan. Hal ini dilakukan karena potensi longsor susulan bisa saja terjadi mengingat struktur tanah di kawasan tersebut yang rawan longsor. Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono, mengatakan, kawasan tersebut memang rawan longsor. Pergerakan tanah pun diprediksi akan terus terjadi, terlebih dengan masih tingginya curah hujan saat ini. “Harus mengungsikan masyarakat ke tempat aman, karena berkembang terus. Yang jelas kondisinya seperti itu, dari karakteristik rawan longsor,” kata Surono di kantor Badan Geologi Kementerian ESDM, Bandung, Rabu (6/5). Surono menuturkan, pemukiman penduduk tidak terlalu jauh dengan bagian bawah gerakan tanah. Menurutnya, lokasi gerakan tanah dengan pemukiman hanya berjarak 200 meter. Dia pun menjelaskan, hampir seluruh kawasan di Pangalengan rawan longsor. Hal ini dikarenakan di Pangalengan terdapat gunung api yakni Gunung Wayang. “Daerah vulkanik ini (tanahnya) subur, tapi labil. Jadi hanya sedikit wilayah di Pangalengan yang betul-betul aman,” ucapnya. Lebih lanjut dia katakan, pihaknya telah mendeteksi akan terjadinya longsor pada Selasa 5 Mei itu. Dia mengatakan tiga hari sebelum kejadian atau tepatnya pada 2 Mei, tim Badan Geologi Kementerian ESDM telah melakukan peninjauan ke lokasi. Hal ini diawali adanya permintaan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung pada 15 April. “Setelah ada permintaan dari BPBD, kami melakukan kajian di lokasi,” katanya. Saat tinjauan tersebut, kata Surono, pihaknya menemukan sejumlah pergerakan tanah, seperti adanya penurunan. Bahkan, lanjutnya, saat tinjauan pada 2 Mei itu, pihaknya menemukan pergerakan tanah yang menyebabkan rusaknya pipa penyaluran uap panas bumi. “Jalur pipa ada yang sudah patah, penyangganya juga retak,” ucapnya. Selain itu, tambah Surono, saat melakukan kajian itu, pihaknya menemukan adanya gerakan tanah sepanjang 150 meter dengan lebar 20-30 cm. Lebih lanjut Surono pun mengatakan, peristiwa longsor yang memakan korban jiwa ini murni dikarenakan faktor alam. Kabar yang menyebutkan longsor disebabkan adanya eksplorasi panas bumi tidaklah benar. “Jadi, longsor yang menyebabkan ledakan pipa uap. Bukan ledakan pipa uap yang menyebabkan longsor,” ucapnya. Maka dari itu, menurutnya, eksplorasi panas bumi tersebut masih bisa dilakukan. Namun, jalur pipa yang menyalurkan uap panas bumi harus segera dialihkan agar tidak menimbulkan kerugian. Menurutnya, retakan tanah yang terjadi telah memotong jalur pipa uap PLTP Wayang Windu. Menurut dia, pihaknya telah memetakan jalur mana saja yang bisa digunakan untuk pipa penyaluran uap tersebut. “Harus memilih jalur pipa yang aman. Energi ini diperlukan masyarakat,” katanya. (agp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: