Curhat Kadisporbudpar soal Promosi Wisata Kota Cirebon

Curhat Kadisporbudpar soal Promosi Wisata Kota Cirebon

Ada Kegiatan, yang Hadir Hanya Anak Kecil dan Tukang Becak Pertumbuhan Kota Cirebon semakin pesat. Untuk itu diperlukan promosi skala besar guna memperkenalkan entitas seni, budaya, kuliner dan daya tarik wisata lain yang menjadi ciri khas. NAMUN kondisi seperti itu belum memungkinkan. Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Kota Cirebon tidak dapat berbuat banyak dengan kondisi yang ada. Promosi hanya untuk sesuatu yang menarik dan menjual. Kepala Disporbudpar Kota Cirebon Drs Dana Kartiman mengatakan, mempromosikan sesuatu yang menarik untuk meningkatkan kunjungan pariwisata, merupakan bagian dari tugas dinas yang dipimpinnya. Namun, kondisi Kota Cirebon saat ini belum dapat dikatakan sesuai harapan. “Apa yang mau kita promosikan kalau keadaannya seperti ini? Malu dong. Itu alasan kenapa selama ini Disporbudpar kurang melakukan promosi wisata,” terangnya kepada Radar Cirebon, Senin (31/8). Saat ini, kata dia, tak perlu banyak slogan. Terpenting aksi nyata. Dana Kartiman menilai pejabat di Pemkot Cirebon kurang peduli dengan keberadaan seni budaya yang dimiliki. Banyak kegiatan digelar, namun minim kehadiran mereka. Padahal, ujarnya, hal itu merupakan salah satu langkah nyata melestarikan seni budaya Cirebon. termasuk juga bentuk penghargaan kepada seniman. “Pentas justru ditonton anak kecil dan tukang becak yang pulang kerja. Ini menyedihkan sekali,” tukas pria yang juga seniman ini. Meskipun demikian, lanjut Dana Kartiman, pihaknya melakukan langkah evaluasi posisi kota berpenduduk 340 ribu jiwa ini saat ada Tol Cipali. Langkah evaluasi dimaksud dengan mendata jumlah pengunjung yang datang dan menginap di hotel. SwissBell hotel pernah didata. Ternyata jumlah tamu yang menginap semakin bertambah dengan adanya Tol Cipali. “Mereka yang berkunjung ke Bandung beralih ke Cirebon. Ini peluang mengenalkan seni budaya kita,” lugasnya. Hanya saja, tidak semua hotel seperti SwissBell yang bintang lima itu. Untuk itu, ujar Dana, diperlukan agenda tetap untuk menggelar even. Namun, mewujudkan itu pelru anggaran. “Ada di APBD 2016, tapi jumlahnya kecil,” terangnya. Padahal, kata Dana, untuk mengembangkan pariwisata harus ada even tetap sebagai daya tarik dan pembangunan infrastruktur optimal. Dengan persiapan yang kurang, jika dipaksa membangun seni dan budaya hanya akan merusak saja. Sungai Sukalila dapat menjadi kawasan kaki lima yang terorganisir. Disporbudpar sudah koordinasi dengan Pelindo, BBWS, Kejawanan dan pengusaha luar kota untuk mengembangkan wisata Cirebon. Sementara Walikota Cirebon Drs Nasrudin Azis SH mengatakan, upaya promosi pariwisata terus dilakukan. Langkah yang dilakukan dengan memperbaiki fasilitas yang sudah ada dan membangun infrastruktur. “Pariwisata kita perbaiki. Kita buka lokasi baru. Seperti Jalan Kalibaru dan sungai Sukalila, itu bisa menjadi alternatif pariwisata,” terangnya. Sungai Sukalila dapat dilakukan dengan menjernihkan airnya. Termasuk kawasan Pecinan dapat menjadi wisata kuliner malam hari dengan maskot pasar Kanoman yang sudah sangat terkenal. Selain itu, lanjut Azis, langkah promosi pariwisata dilakukan dengan membuat video dokumenter yang memberikan informasi peluang bisnis dan menyampaikan kepada investor tentang perkembangan wisata. Bahkan, setiap acara di luar kota, Azis turut mempromosikan pariwisata Kota Cirebon. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: