Tetap Optimistis setelah 15 Tahun Absen di PON

Tetap Optimistis setelah 15 Tahun Absen di PON

CIREBON - Taekwondo ber­kem­bang dengan pesat di Kota Cirebon. Olahraga bela diri asal Korea itu menarik minat banyak anak-anak Kota Udang. Taekwondo Indonesia (TI) Kota Cirebon melihat peluang itu untuk terus berkembang. Secara kuantitas TI telah berhasil, bagaimana dengan kualitas para atlet. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabinpres) TI Kota Cirebon Suwiriyadi menuturkan, sejak 15 tahun lalu sudah banyak perubahan yang dicapai TI Kota Cirebon. Ya, 15 tahun lalu, Pasca Pekan Olahraga Nasional (PON) XV/2000 di Jawa Timur, Suwiriyadi kembali ke Cirebon. Di PON terakhirnya itu, Suwiriyadi menyumbangkan medali perak bagi Jawa Barat. Setelah itu dia berkomitmen mengembangkan taekwondo di Kota Cirebon. “Waktu itu hanya ada tujuh atlet taekwondo yang aktif di Kota Cirebon,” kenangnya. Jika dihitung secara kuantitas, TI sudah mengalami kemajuan pesat. Setelah 15 tahun, TI sudah punya puluhan atlet yang masuk program pembinaan secara khusus. Belum lagi ratusan atlet yang tersebar di 10 unit taekwondo di Kota Cirebon. Jika 15 tahun lalu, setiap Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) hanya diikuti 70-80 peserta. Sekarang ini UKT yang digelar TI diikuti 400-an peserta. “Yang terakhir, sekitar dua bulan lalu, UKT TI Kota Cirebon diikuti 420 taekwondoin,” kata Suwiriyadi. Kuantitas maju pesat, bagaimana dengan kualitas? Di level junior, kadet, pra kadet dan usia dini, taekwondoin Kota Cirebon sudah mampu berbicara banyak. Di wilayah III, mereka rajanya untuk saat ini. Di berbagai kejuaraan terbuka juga mampu tampil membanggakan. Namun, sejak kiprah Suwiriyadi di PON 15 tahun lalu, belum ada lagi taekwondoin Kota Cirebon yang mencicipi ketatnya persaingan di PON hingga saat ini. Harapannya ada pada Alfin Febriyana yang sudah masuk tim Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) PON. Sayangnya, posisi Alfin pun belum 100 persen aman. Setelah kegagalannya di Kejurnas sekaligus Pra-PON yang digelar bulan lalu, posisi Alfin di Pelatda akan kembali dievaluasi. Jumlah atlet ternyata tidak sebanding dengan prestasi yang dicapai. “Faktanya, memang tidak banyak anak yang memilih menggeluti taekwondo hingga usia mereka dewasa,” ujar Suwiriyadi. Saat masuk usia senior, lanjutnya, atlet-atlet berbakat, bahkan tidak jarang yang paling berbakat, memilih mundur perlahan-lahan. “Itu pilihan dalam hidup mereka. Ada yang fokus kuliah ada yang fokus berkarir. Masing-masing mengejar masa depan yang lebih pasti. Tapi kita optimis terus. Dari sekian ratus atlet, tentu ada yang muncul dengan prestasi melampaui teman-teman bahkan pelatihnya,” ungkapnya. (ttr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: