8 Pasien Difteri asal Ligung Majalengka Sudah Sembuh

8 Pasien Difteri asal Ligung Majalengka Sudah Sembuh

MAJALENGKA - Delapan pasien warga Blok Loji Desa Ligung,Kecamatan Ligung, Kab Majalengka yang menjalani perawatan intensif karena terjangkit bakteri difteri, akhirnya dipulangkan Minggu (14/2). Sebelumnya mereka menjalani perawatan intensif di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cideres dan RSUD Majalengka selama dua hari. Kepala Bidang Pelayanan RSUD Cideres, dr H Harizal Harahap mengatakan, mereka diperbolehkan pulang setelah hasil laboratorium Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat menyatakan negatif difteri. Yaitu negatif mikrosofis dan kultur pembiakan. Sehingga mereka dinyatakan aman dan diperbolehkan pulang. “Sebelumnya jadwal kepulangan delapan warga asal Ligung tersebut pukul 08.00, namun karena harus mendapatkan pengarahan serta penyuluhan akhirnya baru dipulangkan sekitar pukul 10.00,” kata Harizal. Rapat bersama Dinkes Provinsi Jawa Barat, Jumat (12/2) lalu menyatakan delapan warga Ligung yang menjalani perawatan di RSUD Gunung Jati Cirebon, serta RSUD Majalengka dan RSUD Cideres bukan penderita difteri melainkan pernah kontak langsung dengan penderita yang positif. Sehingga Dinas Kesehatan dan manajamen rumah sakit mengevaluasi sampai diberikan penanganan serta perawatan intensif. Itu sebagai langkah antisipasi dan pencegahan, karena kebetulan mereka semua dewasa dan jangan sampah malah menjadi penderita carrier (pembawa) dari satu orang ke orang lainnya. “Hal tersebut ditegaskan oleh sekdis Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Jumat (12/2) saat rapat bersama perwakilan rumah sakit dan dinkes kabupaten dan kota lainnya. Mereka hanya sementara dikarantina sebagai antisipasi penyebaran di kampungnya, karena sebelumnya pernah kontak langsung dengan penderita difteri yang meninggal. Setelah hasil lab negatif baru bisa dipulangkan,” terangnya. Guna mengantisipasi hal lainnya, semua yang kontak langsung dengan empat pasien yang dirawat di ruang isolasi RSUD Cideres juga sudah diberikan pencegahan mulai dari cleaning service, satpam, dan perawat serta dokter termasuk wartawan yang meliput. Mantan ketua IDI Majalengka ini menjelaskan, difteri sebetulnya bakteri yang menimpa saluran pernapasan. Penyebarannya lewat napas dan percikan air liur. Sekretaris Dinkes Provinsi Jawa Barat mengatakan bahwa Jawa Barat merupakan endemik rendah difteri. “Kasusnya kadang-kadang lepas dan kemudian muncul satu dan dua di kabupaten atau kota lain. Difteri saat ini muncul karena status imunisasinya rendah seperti di wilayah Ligung,” lanjut Harizal. Difteri ditularkan dari manusia ke manusia. Terkait warga dewasa meski tidak menimbulkan gejala dan pembawa, namun ketika kontak dengan anak yang imunisasi rendah secara otomatis anak tersebut terjangkit difteri. Pihaknya mengimbau Dinkes Majalengka, pemcam, pemdes, dan masyarakat agar tetap berkomunikasi dengan delapan warga tersebut. Dinkes juga menyatakan kesiapan dan akan turun untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat karena itu kewenangan dari dinas terkait. Berikan imbauan kepada masyarakat bahwa mereka saat ini tidak ada masalah. “Yang jemput tadi juga aparat desa dan keluarganya. Mereka saat ini sudah tidak ada masalah, dan sebelumnya sudah diberikan pengarahan dan penyuluhan,” pungkasnya. Kasie Imunisasi, Surveillans dan Matra Dinkes Majalengka dr Dikdik Kodarusman menambahkan, berdasarkan pemeriksaan lab mikrosopis dan kultural, dari sampel cairan pada kelenjar tenggorokan, delapan pasien sudah tidak lagi terinfeksi bakteri Corynebacterium diphtheria dan dinyatakan sehat. Pemeriksaan laboratorium tersebut dilakukan tiga pihak, yakni RSUD Gunung Jati Cirebon, Labkesda Provinsi Jawa Barat, serta Kementerian Kesehatan. Ketiganya menyatakan hasil yang sama atas pemeriksaan laboratorium mikroskopis dan kulturalnya. Terbebasnya para pasien dari dugaan infeksi difteri ini dikarenakan penanganan yang cepat dan tepat, serta koordinasi lintas sektoral yang telah bekerja keras penanganan penyakit langka ituy meski satu pasien meninggal dunia. “Untuk yang delapan orang ini, informasinya pernah menjalani imunisasi DPT waktu kecil. Jadi ketika terjangkit sistem imunnya langsung bekerja sehingga tinggal menjalani pengobatan. Kalau pasien yang meninggal dunia informasinya tidak diimunisasi, jadi inilah pentingnya imunisasi,” terangnya. Sementara itu, Kepala Puskesmas Ligung Endang Triana SST mengatakan kalau delapan eks pasien yang dirawat di dua rumah sakit itu masih dalam pengawasan dinkes. “Uji lab yang dilakukan Rabu (10/2) lalu baru diketahui hasilnya Sabtu (13/2). Sekarang mereka sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Warga di blok Loji Desa Ligung diharapkan tetap menerima mereka dan jangan dijauhi apalagi sampai dikucilkan. Mereka sudah sehat,” kata Endang. Sementara itu, Rida (35) istri dari Tarmidi eks pasien yang dirawat meminta kepada pemdes Ligung dan tim medis memberikan pengertian kepada warga di lingkungan setempat pasca musibah bakteri difteri yang mengakibatkan korban meninggal dunia. “Keluarga disini tentu merasa terpojok. Seolah-olah kami penyebab penyebaran bakteri difteri di wilayah kami. Dinkes harus bertanggung jawab atas musibah ini dan mengembalikan kondusivitas wilayah khususnya yang menyangkut keluarga kami,” pinta Rida. (ono)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: