Warga-Nelayan Tetap Keluhkan Debu Batubara
LEMAHWUNGKUK - Warga Rukun Nelayan Kelurahan Panjunan meminta penanggulangan debu batubara dimaksimalkan. Warga mengaku tak keberatan jika ada bongkar muat batubara, namun mereka keberatan dengan permasalahan debu yang tak kunjung selesai. \"Sebenarnya gak masalah mau tetap ada aktivitas bongkar muat batubara. Kami warga rukun nelayan tak keberatan. Asalkan penanggulangan debu dimaksimalkan,\" ujar Ketua Rukun Nelayan Kelurahan Panjunan, Sigit dalam konferensi pers yang digelar pada Minggu (6/3). Sigit menambahkan, pihaknya tidak punya kewenangan untuk membuka atau menutup aktivitas bongkar muat batubara. Selama ini, kata Sigit, warga rukun nelayan diam dan tak pernah melakukan aksi atau demo. Yang dilakukan hanya melaut untuk tetap bisa menghidupi keluarga. \"Yang berhak buka atau tutup ya yang punya kewenangan. Kami cuma bisa melaut. Meskipun terkadang saat melaut kami juga terkena dampak debu batubara,\" tuturnya. Sigit mengatakan, pihaknya dan warga rukun nelayan tak masalah jika mereka tidak mendapatkan kompensasi atau CSR dari Pelindo. Namun, ia berharap Pelindo lebih memperhatikan nasib nelayan kecil. \"Operasionalnya dipermudah, dan yang penting itu Pelindo harus optimal dalam menyelesaikan permasalahan debu,\" harapnya. Hal yang sama disampaikan Ketua RW 8 Panjunan, Robert Kurniawan dan Ketua RW 3 Pagongan Timur Bambang Sugihartono. Keduanya mewakili RW 4, RW 5, RW 6, RW 7, RW 8, dan RW 9 untuk menyuarakan keluhan terkait aktivitas bongkar muat batubara. Menurut Robert, partikel debu batubara berterbangan ke permukiman saat ada pengerukan dan angin bertiup. Selain mengotori lingkungan, partikel debu berwarna kehitaman itu juga menyebabkan gangguan pernapasan. \"Kasian masyarakat. Debu yang seperti kabut hitam membuat lantai dan jemuran jadi kotor, belum lagi mengganggu pernafasan,\" katanya. (mik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: