Habitat Makin Menipis, Kroto Dihargai Rp300 Ribu/Kg
MAJALENGKA – Harga kroto di tingkat penangkar meroket tajam di angka Rp300 ribu per kilogram. Melambungnya harga kroto atau telur semut rangrang itu dipicu berkurangnya habitat kroto di alam liar. Salah seorang pencari kroto, Maman menyebutkan peminat kroto jauh lebih tinggi dibanding serangga lainnya. Warga Lojikobong ini mengaku kebutuhan kroto setiap tahunnya kian pesat seiring para pecinta burung terus meningkat. “Melambungnya harga telur semut dipicu tingginya animo masyarakat memelihara burung berkicau, sehingga habitat semut rangrang ini semakin sulit dicari,” jelasnya. Pengepul kroto ini menyatakan harga kroto sebelumnya Rp200 ribu per kilogram. Menurutnya, bagi penghobi burung berkicau ketersediaan pakan kroto dinilai sangat penting untuk ketahanan khususnya burung pemakan serangga. Kroto sering digunakan untuk pakan semua jenis burung berkicau apalagi burung yang di habitat aslinya pemakan jenis serangga. Sehingga ketersediaan kroto bisa mempengaruhi mental maupun kondisi ketahanan terhadap burung yang dipelihara. “Naiknya harga telur semut tersebut diakibatkan habitat semut merah ini sudah sangat sulit ditemukan,” ujarnya. Sementara pembudidaya kroto hanya dijumpai di sejumlah daerah saja. Cara ternak kroto yang membutuhkan kesabaran membuat sebagian orang jarang membudidayakannya. Pemilik kios burung, Kardi mengaku selain untuk burung berkicau, kroto juga biasanya digunakan sejumlah masyarakat untuk pakan ikan khususnya penghobi memancing kerap menggunakan bahan kroto untuk umpan. “Di pasaran kroto sangat sulit dicari. Untuk setengah ons saja Rp15 ribu. Kroto yang juga digunakan untuk pakan saat memancing membuat ketersediaan kroto sangat sulit dicari,” ulasnya. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: