Flashback, Sembunyilah di Ketiak San Siro, El Cholo

Flashback, Sembunyilah di Ketiak San Siro, El Cholo

LA Gazzetta dello Sport hanya memberi nilai 5. Ya, hanya 5 nilai penampilan Zinedine Zidane ketika laga giornata (pekan) 14 di Serie A 1997-1998 silam. Zidane bersama Juventus gagal membendung Inter Milan di San Siro, Milan dengan skor 0-1. \'\'Sentuhan awalnya bagus, tetapi di akhir kalah. Melempem karena ritme permainan. Mengecewakan,\'\' begitu bunyi penilaian media ternama Italia itu. Bandingkan dengan nilai 6 Diego Simeone. Meskipun terpaut satu poin nilainya, El Cholo –julukan Simeone- dipuji Gazzetta dengan penampilan yang lebih baik ketimbang Zidane. \'\'Mampu lari di seluruh area permainan untuk mendukung opsi penyerangan. Dominan saat terlibat duel fisik dengan Edgar Davids,\'\' begitu hebatnya Simeone dalam pujian Gazzetta. Nah, cerita apalagi yang akan digoreskan oleh kedua sosok ini di tempat yang sama setelah 18 tahun memori tersebut berselang pada dini hari nanti WIB? Bukan lagi Zizou –sapaan akrab Zidane– yang bermain sebagau attacking midfielder Juventus. Bukan juga Simeone yang bermain sebagai gelandang bertahan di Inter. Melainkan Zizou dan Simeone yang ada di belakang kemudi Real Madrid dan Atletico Madrid sebagai finalis pada Liga Champions 2015-2016. \'\'Saya gembira bisa memainkan final di San Siro. Ini tempat yang sesungguhnya untuk sepak bola,\'\'  kata Simeone di dalam wawancaranya dengan Premier Sport. \'\'Ini stadion yang indah. Saya yakin para pemain kami bahkan tidak tahu suasana yang menanti mereka. Saya pernah bermain di sana, jadi saya memahami bagaimana rasanya bermain di sana. Saya berharap apa yang ada dari San Siro itu memberikan energi yang positif bagi Atletico,\'\' imbuh pelatih berusia 46 tahun itu. Simeone pernah merangkai cerita di San Siro selama dua musim di antara musim 1997 hingga 1999. Kemenangan 4 Januari 1998 tersebut jadi satu-satunya kemenangan Simeone atas Zidane. Dari tiga duelnya lawan La Vecchia Signora –julukan Juventus-, rekor pertemuan Simeone-Zidane satu kali menang, sekali imbang, dan sekali kalah. Bukan hanya di ketiak San Siro, pelatih berkebangsaan Argentina tersebut bisa bersembunyi. Di Olimpico pun Simeone membuktikan bahwa dirinya lebih sering superior atas klub yang dibela Zidane. Di Olimpico, Simeone bermain empat musim bersama Lazio (1999-2003). Walaupun berganti kostum dari biru-hitam Inter jadi biru laut Lazio, Simeone tetap saja superior. Dari lima kali membela Biancoceleste –julukan Lazio– melawan Juventus, tiga kemenangan didapatkan Lazio. Simeone yang kala itu berusia 29-30 tahun bahkan ikut menyumbang dua gol bagi Lazio. Satu gol dia cetak di Delle Alpi (homeground Juventus saat itu, red) pada giornata 28 Serie A 1999-2000. Satu gol lainnya dicetak Simeone pada leg kedua perempat final Coppa Italia tahun yang sama. Meski begitu, mantan pemain Argentina dengan 106 caps-nya itu menilai masa lalu tidak bisa menjadi ukuran. Sukses rivalitas sebagai sesama pemain di Serie A belum tentu akan menular ketika keduanya bertemu untuk kali pertama sebagai pelatih di turnamen Eropa. Dikutip dari Marca, Simeone menganggap Zidane sebagai pelatih yang sukses menanamkan di permainan Real sesuai dengan gaya bermainnya sendiri saat masih aktif sebagai pemain. \'\'\'Buktinya, di paro musim ini Real mempunyai kemampuan menyerang yang bagus. Saya mengucapkan selamat atas kesuksesannya ini,\'\' tuturnya. Dilansir dari Daily Mail, Zidane mencoba merendah. Dalam pandangan Zidane, baru setengah musim memegang kendali pelatih tidak bisa dibandingkan dengan lima musim Simeone bersama Los Rojiblancos, julukan Atletico. \'\'Saya harus banyak belajar lagi.Masih banyak yang harus saya lakukan jika ingin menjadi pelatih hebat seperti dia (Simeone),\'\' ungkap pemain berdarah Aljazair tersebut. Mulai dari filosofi bermain, sampai dengan cara memelihara dressing room agar tetap kondusif. Zidane menilai, Simeone memiliki semua aspek tersebut. \'\'Tetapi, paling penting dia sudah mengetahui semua hal tentang timnya, begitu juga pendekatannya dengan pemain yang bagus. Itulah hal terpenting dari salah satu pelatih terbaik di dunia,\'\' tegas Zizou. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: