Euro 2016, Sudah Saatnya Belgia Juara

Euro 2016, Sudah Saatnya Belgia Juara

BRUSSELS - Generasi emas. Itulah julukan yang diberikan fans sepak bola kepada tim nasional Belgia ketika menyongsong Euro Prancis edisi ini. Julukan yang tidak berlebihan rasanya jika melihat komposisi skuad besutan Marc Wilmots itu. Dimulai dari kiper, mereka memiliki kiper muda, namun sarat gelar domestik dan Eropa, Thibaut Courtois. Lini tengah adalah alasan mengapa mereka mendapat julukan golden generation. Sebuah kombinasi sempurna antara keberadaan Radja Nainggolan dan Axel Witsel yang menjadi box-to-box midfielder, dengan kecepatan dribel mengagumkan yang dimiliki oleh Kevin De Bruyne serta Eden Hazard. Begitu berwarnanya lapangan tengah bisa menjadi sumber serangan baru Wilmots selain mengandalkan kekuatan dari Romelu Lukaku maupun Christian Benteke yang bertubuh besar. Dengan komposisi seperti, Belgia pun diprediksi dengan sangat kuat sebagai juara grup E. Sebuah grup yang sulit karena dihuni oleh Italia dengan pertahanan gerendelnya, Swedia yang mengandalkan sang legenda, Zlatan Ibrahimovic, serta Republik Irlandia yang bertumpu kepada kolektivitas setiap lini. Lebih dari itu, pengamat sepak bola Tommy Smytih menyatakan bahwa tahun ini merupakan kesempatan terbaik yang dimiliki Belgia untuk menjadi kampiun Euro. Pada edisi 2012, saat dimana generasi emas tersebut baru muncul, mereka harus mengubur impian berlaga di Polandia-Ukraina setelah hanya mampu menempati peringkat ketiga Grup A di bawah Jerman dan Turki. Kemudian, di turnamen mayor lain, yakni Piala Dunia Brasil 2014, Belgia yang lolos babak penyisihan dengan menyapu bersih kemenangan tiga laga Grup H, harus terhenti oleh gol bomber Argentina Gonzalo Higuain di menit kedelapan pada fase perempat final. ”Karena itu, Euro 2016 ini seharusnya menjadi momen yang tepat bagi mereka untuk meraihnya (juara) karena mereka sudah semakin matang,” ujar Smyth dalam kolomnya di ESPN. Selain skuad yang memiliki talenta terbaik dunia, modal lain yang dibawa oleh Belgia adalah status mereka yang sempat merasakan peringkat pertama FIFA pada November sampai Maret kemarin. Hal itu tak lepas dari statistik mereka sejak 2014. Pada kualifikasi Piala Dunia 2014, mereka tak terkalahkan dengan mengantongi delapan menang dan dua kali seri. Sementara di fase kualifikasi Euro, mereka hanya menelan kekalahan ketika ditaklukan Wales 0-1, 12 Juni 2015 lalu. Adapun jika ditotal dalam 39 pertandingan sejak Wilmots menangani Belgia, catatan tim yang identik dengan merah-hitam itu adalah hanya menelan lima kekalahan baik kualifikasi maupun uji coba, dengan enam seri, dan 28 laga lainnya berakhir dengan kemenangan. Meski memiliki skuad yang sarat talenta, ditambah dengan statistik mereka yang positif dalam dua tahun terakhir, Wilmots masih bersikeras bahwa mereka tidak bisa disebut sebagai unggulan. ”Kami berada di level kedua bersama Italia maupun Portugal,” ujar Wilmots seperti dilansir La Gazzetta dello Sport. ”Masih ada tim yang lebih layak menjadi kandidat seperti Spanyol, Jerman, maupun tuan rumah Prancis,” lanjut pelatih 47 tahun tersebut. Faktanya, Belgium memang menempati unggulan kelima untuk meraih juara Euro setelah Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris. Bursa seperti Ladbrokes siap memberikan kompensasi 13 kali lipat empat kandidat teratas itu berguguran. Selain itu, faktor lain yang membuat Wilmots melihat kecil sekali kans pasukannya bisa meraih trofi Euro adalah badai cedera yang menerpa lini belakangnya. Setelah kapten tim Vincent Kompany harus keluar karena cedera betis, duetnya di jantung pertahanan, Nicolas Lombaerts, juga harus menyusul karena menderita cedera paha. Menyandingkan Jan Vertonghen dengan Toby Alderweireld, seperti yang bisa mereka lakukan di Tottenham Hotspur, jelas merupakan keputusan riskan karena selama di Belgia, Wilmots lebih sering memainkan mereka sebagai fullback. Karena itu, posisi jantung pertahanan bakal dipasrahkan kepada Jason Denayer. Sementara tandemnya bakal melihat perkembangan kondisi betis Thomas Vermaelen, ataukah berjudi dengan menurunkan bek non cap, Christian Kabasele. ”Aku berharap ini menjadi cedera terakhir yang kami dapatkan. Jika benar, maka setidaknya kami percaya diri bisa meraih semifinal,” timpal Wilmots dengan percaya diri. ”Kemudian, tak ada yang tahu apa yang bakal terjadi,” lanjutnya. Lebih lanjut, meski mengakhiri kualifikasi sebagai juara Grup H dengan rekor tak terkalahkan (7 menang, 3 seri), Italia harus puas berada satu tingkat di bawah Belgia dalam daftar unggulan juara. Itu artinya, pada Grup E nanti, pasukan Antonio Conte itu bakal finis sebagai runner up. Tidak hanya itu. Sama seperti Belgia, kekuatan mereka juga berkurang seiring dengan cederanya beberapa pilar. Yang paling parah adalah lini tengah karena Gli Azzurri, sebutan Italia, kehilangan Claudio Marchisio (lutut), dan Marco Verratti (pangkal paha), dan tidak memanggil playmaker Andrea Pirlo karena bermain untuk New York City FC yang notabene bukan liga elit dunia. Kapten sekaligus kiper Italia, Gianluigi Buffon mengakui, hilangnya para pilar membuat ekspektasi publik Italia terhadap skuad untuk menjuara Euro kali kedua setelah edisi 1968 pun begitu rendah. ”Mungkin, bagi kami ini menjadi bahan renungan yang bagus,” kelakar Buffon seperti dilansir Football Italia. ”Karena itu, kami harus menampilkan performa yang tidak hanya mengejutkan publik, bahkan membuat kami sendiri kaget. Kami harus melampui batas yang ada dalam diri kami,” lanjut portiere Juventus tersebut. (apu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: