Uang Palsu Resahkan Pedagang

Uang Palsu Resahkan Pedagang

Biasakan Dilihat, Diterawang dan Diraba KUNINGAN – Sepekan Ramadan, peredaran uang palsu rupanya sudah mencapai pasar-pasar tradisional yang ada di Kabupaten Kuningan. Kondisi ini terang saja membuat resah para pedagang. Seperti yang diungkapkan sejumlah pedagang di Pasar Kepuh, Kabupaten Kuningan. Mereka mengaku resah dengan maraknya peredaran uang palsu sejak awal Bulan Ramadan ini. Uum (47), pedagang buah di pasar tradisional tersebut mengaku sekitar dua hari yang lalu menerima uang pecahan lembaran senilai Rp20.000 dari salah seorang pembelinya yang datang ke tokonya di pagi buta. Setelah dicek, uang yang diterima tersebut ternyata uang palsu. Uum kemudian menceritakan kejadian itu ke petugas pasar. Selanjutnya petugas pasar mengamankan uang palsu tersebut. Uum sendiri tidak menyangka akan mendapat uang palsu. Dia baru menyadari uang yang diterimanya itu palsu di siang hari. “Saya dapat uang palsu pecahan Rp20 ribu dari salah satu pembeli yang saya tidak kenal. Saat itu kebetulan masih dini hari sekitar sekitar pukul 03.00. Saya baru menyadari saat siang hari, ternyata uang tersebut permukaannya lebih halus dan benang pengamannya berbeda. Setelah diteliti dan dilihat pakai alat sinar UV ternyata benar palsu,” papar Uum kepada Radar, kemarin dan diamini sejumlah pedagang lainnya. Beredarnya uang palsu di pasar dibenarkan petugas pemantau pasar dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Kuningan, Arisman. Dia mengatakan, sejak awal Ramadan, pihaknya sudah mengumpulkan uang palsu dari beberapa pedagang hingga totalnya mencapai Rp220.000. Terdiri dari satu lembar uang palsu pecahan Rp100 ribu, dua lembar pecahan Rp50.000 dan satu lembar pecahan Rp20 ribu. “Uang palsu tersebut didapat dari empat pedagang berbeda, yaitu pecahan Rp100.000 dari pedagang daging ayam, pecahan Rp50.000 dari pedagang klontong dan sayur dan pecahan Rp20.000 dari pedagang buah,” katanya. Arisman menambahkan, sepintas uang tersebut seperti asli. Yakni memiliki benang pengaman dan gambar air yang hampir sama seperti aslinya. Namun setelah dicek dengan alat sinar UV, akan terlihat jelas perbedaannya. Seperti gambar hologram yang tidak berubah warna dan saat diraba terasa permukaan kertas lebih halus. “Sebagai bentuk pencegahan agar tidak bertambah pedagang yang dirugikan atas peredaran uang palsu tersebut, pihaknya tidak segan memberikan informasi dan peringatan kepada para pedagang melalui pengeras suara untuk hati-hati mengecek setiap uang yang diterima dari pembeli,” tegas dia. Minimalnya, sambung dia, para pedagang selalu mempraktikkan 3D yaitu dilihat, diterawang dan diraba. Jika memang ragu ketika ada pembeli yang menyodorkan uang, bisa langsung memanggil petugas pasar untuk mengecek keaslian uang tersebut.  “Untuk lebih meyakinkan, disarankan setiap pedagang memiliki alat pendeteksi uang palsu yang bisa dibeli bebas dengan harga murah sekitar Rp30.000,” ungkap Arisman. (ags)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: