Ini Dia Siswa SMAN 2 Cirebon Pencipta Sajadah Penghitung Rakaat Salat

Ini Dia Siswa SMAN 2 Cirebon Pencipta Sajadah Penghitung Rakaat Salat

Kegelisahan kerap membuat orang menjadi stres, gundah, bahkan terkadang frustasi. Namun tidak demikian halnya dengan ketiga siswa ini. Siswa SMAN 2 itu justru menyulap kegelisahan menjadi sebuah karya. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon TAK dapat dipungkiri, sebagai umat Islam ada kalanya pernah mengalami masalah lupa pada rakaat ketika salat. Melihat situasi yang terjadi ini, tiga siswa SMAN 2 Cirebon mendapatkan ide untuk mengatasi masalah itu, dengan menciptakan inovasi terbaru yaitu sajadah yang bisa bantu menghitung rakaat salat. Ya, temuan ini patut dicontoh siswa lainnya di Indonesia. Kreativitas ide dari Satrio Budi Prakoso (X IPA 5), Muhammad Naufal Hawari (XI IPA 6) dan Ready Kresna Nanda Suprapto (X IPA 6) ini sangat bermanfaat. Namanya \"Sembayang\" atau Smart Sajadah Penghitung Rakaat. Ide ini muncul berdasarkan pengalaman salah satu pembuatnya, Ready Kresna Nanda Suprapto yang sering lupa rakaat dalam salat. Kresna teringat pesan sang kakak, bahwa sesuatu yang membuat gelisah atau punya masalah pasti ada solusi. \"Idenya sih sudah ada sejak saya SMP, karena pengalaman pribadi kalau salat lupaan terus udah berapa rakaat,\" ujar Kresna, saat berbincang dengan wartawan koran ini. Ide tersebut kemudian Kresna ceritakan kepada kedua rekannya, Satrio Budi Prakoso dan Muhammad Naufal Hawari yang merupakan anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) di SMAN 2 Cirebon. Akhirnya, ide tersebut diwujudkan dengan konsep pressure sensor mat microcontroller, LCD monochrome, 400 MHz module yang ditempatkan dalam sajadah. Konsep ini juga diikutkan dalam ajang Instrumentation and Control National Competition (Iconic 2016) yang digelar oleh Institut Teknologi Bandung. Karya siswa SMAN 2 Cirebon ini bersaing dengan siswa sekolah lainnya dari seluruh Indonesia. Kresna menjelaskan, cara kerja alat tersebut sangat sederhana. Sajadah dilengkapi dengan sebuah sensor yang sebenarnya adalah saklar sentuh. Bila seseorang bersujud, menempelkan lutut di sajadah, monitor pencatat bertambah angkanya. Sensor ini dapat dipasang pada sajadah siapa pun dan jenis apa pun karena bersifat portabel. \"Jadi kalau sajadahnya mau dicuci bisa dilepas sensornya,\" lanjutnya. Untuk membuat konsep ini, Kresna dan kedua rekannya sudah melakukan riset. Ketiganya juga mengaku sudah bertanya ke ahli agama untuk menciptakan alat ini. \"Udah coba nanya-nanya ke ustad, awalnya bingung patokan hitungan rakaatnya apa. Kalau satu rakaat dihitung dari sujud, kan ada dua kali sujud dalam satu rakaat. Jadi patokannya dari lutut nempel saat sujud,\" terangnya. Kresna berharap dengan konsep ini kualitas ibadah menjadi lebih maksimal. Tak lupa, Kresna juga memohon dukungan dari masyarakat Cirebon untuk memberikan jempol (like) di akun facebook Instrumentation and Control National Competition sebagai bentuk dukungan masyarakat. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: