89 Jemaah Haji Indonesia Kena Gangguan Jiwa

89 Jemaah Haji Indonesia Kena Gangguan Jiwa

MAKKAH - Jumlah jemaah haji yang mengalami gangguan jiwa sejak kedatangan kloter pertama pada 9 Agustus lalu sudah mencapai 89 orang.  Hingga kemarin, masih ada yang menjalani rawat inap di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. Jumlahnya 16 orang. ”Jenis gangguan jiwanya macam-macam. Ada yang dementia, ada yang schizophrenia, ada juga yang depresi berat,” ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Indonesia di Arab Saudi dr Muchtarudiin kemarin. KKHI Makkah memiliki dua lantai ruang rawat inap untuk jamaah yang mengalami gangguan jiwa. Siang kemarin, rata-rata mereka tampak tertidur pulas. Dua jamaah perempuan yang sudah agak normal terlihat duduk-duduk di lorong ruangan. Perawat yang menjaga para jemaah itu mengatakan, dua perempuan itu kemungkinan bisa segera dikembalikan ke pemondokan. ”Kalau bapak yang di pojokan itu sudah sudah lama dirawat. Dia ngotot mau main main golf terus. Katanya masih merasa di Indonesia,” ujar seorang perawat itu menunjuk pasien yang sedang tertidur pulas. Muhtaruddin mengatakan, rata-rata jamaah yang mengalami gangguan jiwa memang sudah lanjut usia. Mayoritas mengalami dementia sejak di tanah air. Kondisinya semakin para saat tiba di tanah suci. ”Mereka itu jemaah haji yang sangat berpotensi tersesat, tidak bisa pulang ke pemondokan, dan akhirnya hilang,” ujarnya. Pihaknya mengaku akan tetap mengupayakan agar para jemaah itu bisa melanjutkan ibadah haji. Terutama, saat tiba haru wukuf di Arafah. ”Kalau tidak bisa disembuhkan, secara agama kewajiban mereka untuk beribadah ya  gugur,” imbuhnya. Sementara itu, hingga 26 hari sejak kedatangan kloter pertama 9 Agustus lalu, jumlah jemaah haji yang telah menjalani perawatan kesehatan mencapai  93.947 orang.  Angka itu sudah melebih separo dari total jemaah haji Indonesia tahun ini yang mencapai 168.800 orang. ”Temuan kami selama ini, banyak jamaah yang sakit dan akhirnya meninggal karena mengajar ibadah sunnah. Misalnya umrah sunnah. Saat ini tolong jaga kesehatan, tidak usah mengejar yang seperti itu,” terang Muhtaruddin. Dia menjelaskan, rata-rata para jamaah itu mereka ditangani terlebih dulu oleh dokter kloter.  Jika tidak bisa ditangani, jamaah itu dikirim ke KKHI. ”Yang pernah dirujuk ke KKHI Madinah 655 Jemaah. Sedangkan yang ke KKHI Makkah 316 jamaah,” ujarnya. Untuk saat ini, total jamaah yang masih menjalani rawat inap tinggal 71 orang. Semua dirawat di KKHI Makkah. Sebab operasional KKHI Madinah sudah ditutup, dan tim kesehatan bergabung ke KKHI Makkah. ”Mayoritas jemaah yang menjalani rawat inap di sini laki.-laki. Sekitar 40 orang. Sisanya perempuan,” ungkap Muchtaruddin. MAYORITAS GANGGUAN JANTUNG Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi dr Eka Yusuf menambahkan, mayoritas jemaah yang menjalani rawat inap mengalami gangguan jantung. Kisarannya mencapai 80 persen. ”Lima persen mengalami gangguan paru. Sisanya diabetes mellitus, kecing manis, dan kanker,” ujarnya. Selain dirawat di KKHI, beberapa jemaah juga terpaksa di rujuk ke rumah sakit milik pemerintah Arab Saudi. Totalnya pernah  mencapai 76 orang di Madinah dan 55 jemaah di Makkah. Namun saat ini mayoritas sudah kembali ke pemondokan. Di Madinah tinggal 16 pasien, sementara di makkah tersisa 28 pasien. Terkait  pasien meninggal, hingga kemarin jumlahnya sudah mencapai 60 orang. Jumlah itu menurun jika dibandingkan data per hari yang sama tahun lalu. ”Kalau tahun lalu per hari yang sama dengan tahun ini mencapai 89 orang. Tapi itu karena ada kasus crane roboh yang langsung mengakibatkan 15 jemaah Indonesia meninggal,” ujarnya. JIka dibanding 2014, jumlah jemaah meninggal per hari ini pada 2016 termasuk meningkat. Sebab, dua tahun lalu hanya mencapai 43 orang. ”Karena itu kami imbau jamaah benar-benar menjaga kesehatan agar kuat menjalani puncak haji nanti. Energi yang dibutuhkan sangat besar,” ucap Eka. Khusus untuk prosesi wukuf, tim kesehatan juga sudah melakukan beberapa persiapan. Di antaranya, tenda klinik kesehatan di  Kantor Misi Haji Arafah, bus, serta ambulans untuk safari wukuf. Selain kilinik, petugas kesehatan juga akan disebar di enam sektor yang menjangkau 52 maktab. Eka menjelaskan, safari wukuf dilakukan dengan mengikuti prosedur dan persyaratan yang ditetapkan Kantor Urusan Haji Indonesia. Jemaah yang benar-benar tidak mampu akan dikelilingkan di Arafah dalam kondisi berbaring. Safari itu bisa menggunakan ambulans, bisa juga menggunakan bus yang dimodifikasi bagian dalamnya agar jemaah bisa berbaring. (jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: