15 Bulan Dimakamkan, Waluyo “Hidup Lagi” (4); Tidak Meninggal, tapi Ternyata…

15 Bulan Dimakamkan, Waluyo “Hidup Lagi” (4); Tidak Meninggal, tapi Ternyata…

Seminggu dirawat di rumah sakit karena kecelakaan, Waluyo dinyatakan meninggal dan dikuburkan keluarganya. Akta kematian pria 61 tahun itu pun sudah diterbitkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Jogjakarta. Tapi, 15 bulan kemudian, dia muncul kembali dan hidup sampai kini. MENURUT penuturan Waluyo, dirinya tidak pernah meninggal seperti sempat diakui anak-istrinya. Selama setahun lebih dia minggat ke Semarang. ”Saya pergi dan tidak memberi kabar karena saya mangkel sama keluarga. Mereka selalu menyuruh saya mencari nafkah. Padahal, saya sudah tua dan becak saya disita,” cerita Waluyo. Empat bulan pertama setelah pergi dari rumah, Waluyo masih tinggal di Jogja. Dia menggelandang di sekitar kampus Universitas Gadjah Mada (UGM). Untuk kebutuhan sehari-hari, dia mencari barang bekas di sekitar kampus. Kemudian menjualnya ke tengkulak barang bekas. Setelah punya uang untuk bekal, Waluyo melanjutkan petualangan ke Semarang. Dia ingin mencari pekerjaan. Hebatnya, perjalanan ke Semarang dilakukannya dengan berjalan kaki dari Jogja. Dari Jogja Waluyo hanya membawa uang Rp20.000. Di sepanjang jalan, kalau menemukan uang jatuh, dia mengumpulkannya. Uang itu dia pakai untuk membeli makan dan minuman selama perjalanan ke Semarang. Di Kota Lumpia tersebut Waluyo juga hidup menggelandang. Awalnya mengumpulkan barang bekas. Lalu menjadi tukang parkir dan terakhir jadi petugas kebersihan kota. Dia tidur di emperan toko daerah Simpang Lima. Sebagai petugas kebersihan, gajinya hanya Rp700.000 sebulan. ”Tapi, selama di Semarang, hati saya tidak tenang. Saya merasa ingin pulang terus,” ungkapnya. Menjelang Ramadan, Waluyo pun bertekad untuk pulang setelah Lebaran. Maka, dia pun menabung untuk bekal pulang. Hingga akhirnya terkumpul Rp400.000. Saat pulang ke Jogja, Waluyo mendapat tumpangan kenalannya di Semarang. “Saya diantarkan sampai rumah menggunakan mobil,” imbuhnya. Rumahnya yang di dalam gang membuat Waluyo harus berjalan kaki sampai di depan pintu. Nah, saat berjalan kaki itulah, banyak tetangganya yang menghampiri dan menyalaminya. Tapi, Waluyo tidak curiga. “Lha saya kira mereka nyalami karena saya lama tidak pulang,” ucapnya. Akhirnya Waluyo bertemu dengan anak-istri dan mengerti bahwa dirinya telah dimakamkan setahun lalu. Keluarga dan para tetangga menganggap Waluyo telah tiada. Sejak itu kepulangan Waluyo menggegerkan Jogja. Kabar yang muncul simpang siur. Intinya, Waluyo dianggap ”hidup kembali”. Kepulangan Waluyo juga menarik perhatian para pejabat di Jogja untuk menemuinya. Dia juga diundang sebuah stasiun televisi swasta ke Jakarta. ”Saya ke Jakarta naik pesawat. Deg-degan,” ceritanya. Dari saran berbagai pihak, Waluyo berniat menghidupkan lagi hak-haknya sebagai manusia. Pasalnya, akta kematian dirinya telah terbit. Negara telah mencatat bahwa Waluyo sudah meninggal dunia. Hak-haknya sebagai warga negara Indonesia tentu sudah hilang. ”Saya ingin diakui telah hidup lagi. Biar saya dapat bantuan raskin (beras untuk rakyat miskin, red),” katanya. Dibantu beberapa perangkat desa, Waluyo pun mengajukan diri untuk dinyatakan hidup oleh keluarganya. Tetapi, prosesnya ternyata tidaklah mudah.  Setelah berkas-berkas yang dibutuhkan dikumpulkan dan diserahkan ke kecamatan, Waluyo masih harus menjalani tes DNA. Untuk mendapatkan kepastian hukum, Waluyo harus menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jogjakarta. Hingga saat ini Waluyo masih menjalani sidang itu. ”Katanya harus sampai Jakarta segala mengurusnya,” ujar pria kelahiran 12 Desember 1954 tersebut. (habis/ferlynda putri)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: