BMKG: Anomali Cuaca Akibat La Nina dan Dipole Mode

BMKG: Anomali Cuaca Akibat La Nina dan Dipole Mode

MAJALENGKA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kelas III Jatiwangi memprediksi, anomali cuaca bakal terus berlangsung hingga memasuki musim hujan mendatang. Artinya tahun ini masa kemarau nyaris cukup pendek. “Potensi hujan akan terus terjadi. Secara normal musim hujan di wilayah 3 Cirebon terjadi pada akhir Oktober-November mendatang,” kata petugas Forecaster, Ahmad Faa Izyn, kemarin (7/9). Dia menjelaskan, memang saat ini masih musim kemarau. Namun, musim kemarau tahun ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Karena anomali cuaca akibat fenomena La Nina yang meyebabkan peningkatan intensitas curah hujan di musim kemarau. “Masyarakat lebih menyebutnya kemarau basah. Salah satu penyebab La Nina merupakan pergerakan massa udara dari wilayah Samudera Pasifik bagian tengah menuju ke wilayah Indonesia,” jelasnya. Faktor kedua yaitu masih hangatnya suhu permukaan laut di Indonesia dan adanya La Nina dengan intensitas lemah. Akibatnya, ada peningkatan pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia. Sehingga potensi hujan meningkat di saat musim kemarau tahun ini. Faktor yang ketiga, khususnya berpengaruh di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Jawa Barat yaitu adanya “Dipole Mode”. “Saat ini juga terjadi Dipole Mode Negatif, yang berarti terjadi suplai massa udara dari pantai Afrika menuju ke wilayah Indonesia bagian barat. Sehingga meningkatkan potensi hujan,” tandasnya. Sementara itu, Rabu (7/9) kemarin intensitas hujan kembali turun di sejumlah wilayah di Majalengka. Terutama mulai Majalengka-Cigasong, hingga Sukahaji. Sedangkan menjelang petang hujan dengan intensitas rendah juga turun di wilayah Rajagaluh dan Sindangwangi. Kemudian malam hari terjadi diwilayah utara mulai Leuwimunding dan Sumberjaya hingga perbatasan Kabupaten Cirebon. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: