Mati saat Malam Hari, Kawasan Pecinan tanpa Konsep

Mati saat Malam Hari, Kawasan Pecinan tanpa Konsep

CIREBON – Warga keturunan Tionghoa di Kota Cirebon berharap Pemkot serius mengembangkan kawasan Pecinan. Yan Siskarteja, salah satu pemerhati budaya Tionghoa Cirebon mengatakan, pengembangan kawasan Pecinan di Cirebon baru sebatas jargon.Yan mengatakan, kebudayaan Cirebon mendapatkan bentuknya melalui perjalanan sejarah yang panjang. Menurut dia, berbagai kebudayaan yang dikenal saat ini, tidak lepas dari interaksi warga Cirebon dengan kaum perantau pada masa silam. Termasuk para perantau dari daratan Tiongkok. “Masyarakat Kota Cirebon terdiri dari berbagai etnis dengan adat dan budayanya sendiri-sendiri. Sampai saat ini kita dapat hidup selaras. Kekayaan budaya tersebut merupakan modal besar untuk memajukan kota ini,” tuturnya. Ia mengungkapkan, salah satu potensi yang dapat dimaksimalkan menjadi produk wisata unggulan Kota Cirebon adalah kawasan Pecinan. Yan menyayangkan, perhatian Pemkot untuk Kawasan Pecinan belum maksimal. “Ada sejumlah lokasi di Jalan Winaon, Lemahwungkuk dan Pasuketan. Itu kawasan potensial untuk Pecinan,” ujarnya. Kawasan Pecinan, lanjut dia, cukup ramai sejak pagi hingga sore hari. Namun seperti kota mati saat malam. “Ini jadi tugas kita bersama untuk bisa menghidupkannya. Dengan upaya yang maksimal tentunya kita bisa mempercantik kawasan itu agar lebih menarik sebagai tujuan wisata,” imbuh pria yang juga pengurus FORMI Kota Cirebon. Hal senada diungkapkan Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Cirebon, Andi Riyanto Lie. Mantan Anggota DPRD Kota Cirebon itu mengatakan, kebudayaan Tionghoa juga bagian dari kebudayan Cirebon. Untuk pengembangan Kawasan Pecinan, ia menyarankan dibuat regulasi yang jelas, minimal melalui Peraturan Walikota (Perwali). “Sebuah regulasi diperlukan agar pengembangan sebuah kawasan lebih terarah,” katanya. Menurut Andi Lie, warga keturuan Tionghoa terus berupaya mendorong Pemkot Cirebon agar memaksimalkan kawasan Pecinan. “Sejarah kawasan Pecinan di Winaon dan Lemahwungkuk itu cukup panjang. Menarik jika terus digali. Lokasinya juga strategis untuk kawasan wisata belanja, kuliner dan budaya,” tuturnya. Ia mengungkapkan Pemkot sempat mewacanakan pelaksanaan perayaan Imlek secara besar-besaran di kawasan tersebut. Namun sampai saat ini tidak pernah terlaksana. Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon, Drs Asep Dedi Msi mengaku belum ada konsep yang mendetail mengenai pengembangan Kawasan Pecinan di Kota Cirebon. Secara resmi, Pemkot Cirebon juga belum menetapkan lokasi-lokasi tertentu sebagai Kawasan Pecinan. “Secara spesifik kita memang belum mengatur seperti apa program untuk Pecinan itu. Dan belum ada rencana ke depannya akan seperti apa,” katanya. (ttr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: