Europa League, Adu Hebat Pelatih Bermulut Besar

Europa League, Adu Hebat Pelatih Bermulut Besar

Pertemuan dua kekuatan klasik Eropa, Ajax Amsterdam dan Manchester United, tersaji pada final Europa League musim ini. Meski tactician United Jose Mourinho lebih dikenal dan bergelimang gelar, pelatih Ajax Peter Bosz sama sekali tak gentar. **** MENJELANG partai puncak Europa League 2016-2017, pelatih United Jose Mourinho seperti diberitakan The Telegraph berkata, Ajax tak pantas bermain di Europa League. Karena Davy Klaassen dkk masuk ke kompetisi kasta kedua Eropa itu melalui \'jalur tak resmi\'. Ya, Ajax musim 2015-2016 lalu menjadi runner-up Eredivisie berhak atas tiket play-off Liga Champions 2016-2017. Karena kalah dengan agregat 2-5 di tangan wakil Rusia Rostov, maka Ajax kemudian \'ketiban jatah\' Europa League. Dan seperti berjodoh, Ajax malah melesat sampai final. “Jika kamu tak lolos ke Liga Champions, saya pikir sebaiknya mereka pulang saja. Kami finis posisi lima di Premier League tahun lalu dan kami berlaga di Europa League,” kata Mourinho. “Kami melangkah di Europa League sejak awal musin dan kami berjuang di tempat di mana kami seharusnya berada,” tambah mantan pelatih FC Porto, Chelsea, dan Real Madrid itu. Selain soal Ajax yang tak pantas di Europa League, Mourinho juga nyinyir pertandingan yang tak sepadan. Skuad Ajax kondisinya lebih bugar ketimbang Wayne Rooney dkk. United baru selesai bertanding Minggu (21/5) lalu. Sedangkan Ajax sudah merampungkan Eredivisie Minggu (14/5) sebelumnya. Mendapat kata-kata nyinyir dari pesaingnya di final Europa League itu pelatih Ajax Peter Bosz pun tak mundur. Mantan pelatih Maccabi Tel Aviv itu meladeni omong besar Mourinho. “Kami akan menjalani pertandingan ke-56 musim ini pada Rabu (24/5) mendatang (final Europa League, red). Jika kemudian Anda menengok berapa usia rata-rata pemain tim ini, kami sunguh tim yang muda dan angka 56 itu sungguh besar,” tutur Bosz kepada Goal. Pria berusia 53 tahun tersebut kemudian menggaris bawahi, tak seharusnya United pusing soal kesiapan menuju final. Toh, jumlah skuad Ajax juga lebih mini ketimbang United. Ajax punya 24 nama pemain sedang United sampai 35 pemain. Nah, mungkin banyak yang tak tahu siapa dan bagaimana Bosz mendapatkan kepercayaan yang demikian besar dari jajaran petinggi Ajax. Padahal pria berkepala plontos tersebut tak punya \'DNA\' Ajax. Sejak masa jadi pemain yang berumur 18 tahun tersebut, karir Bosz sungguh beragam dan tak bersinggungan dengan Ajax sama sekali. Pernah bersama klub-klub Belanda seperti Vitesse, NAC Breda, RKC Waalwijk, dan Feyenoord. Kemudian di kompetisi Prancis SC Toulon. Bosz juga pernah membela klub amatir di kampung halamannya, AGOVV Apeeldom. Lantas dari mana restu untuk menangani Ajax buat Mr Nobody seperti Bosz datang? Seperti ditulis These Football Times awal bulan ini, meski belum sahih, akan tetapi kira-kira lampu hijau buat Bosz datang dari sosok legendaris Ajax, Johan Cruyff. Saat melatih Maccabi Tel Aviv, putra Cruyff, Jordi Cruyff, jadi direktur olahraga di sana. Jordi sendiri merekrut Bosz karena kesengsem ketika Bosz bersama De Graafschap (2002-2003) dan Heracles Almelo (2004-2006, 2010-2013) menampilkan sepak bola energik dan menyerang. Alih-alih menghabiskan dana belanja, Bosz lebih suka mengembangkan pemain mudanya. Selain bertemu Jordi, pria kelahiran Apeeldom tersebut juga bertemu sang ayah. Ngobrol santai dan bertukar wawasan dengan Johan, rasanya adalah mimpi yang akhirnya terealisasi. Ketika bermain untuk Vitesse (1981-1984), Bosz sering menonton Cruyff di Ajax jelang masa pensiun (1981-1983). “Bosz adalah penggemar Cruyff tulen. Di ruang tengah kediamannya di Waalwijk, terpasang foto sang idola,” tulis BV Weekbladpers. Karena penggemar Totaal Voetbal maka taktik yang dikembangkan Bosz pun mirip sang idola. Yakni permainan ofensif dengan skema 4-3-3. Dalam wawancara dengan The Telegraph, Bosz mau para pemainnya terinspirasi Ajax era Rinus Michels dan Johan Cruyff. “Saya membutuhkan pemain yang kreatif yang tak takut bermain sepak bola. Saya punya visi yang jelas soal bagaimana tim ini akan memainkan sepak bola eperti era kejayaan Ajax,” tutur Bosz. Tak seperti Mourinho yang pragmatis, pendekatan strategi ini didapatnya setelah nyentrik kepada eks pelatih Ajax Louis van Gaal di Barcelona, maka Bosz adalah antitesis Mourinho. Ajax musim ini bertumpu kepada pemain-pemain akademinya. Bek Ajax yang dikomandoi Davinson Sanchez sangat lentur di bagian belakang. Dengan darah muda di skuadnya, maka pemain Ajax berisi para pelari. Serangan yang dibangun Ajax pun bertumpu pada kedua sayapnya. (dra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: