Napi Asing Kabur dari Lapas Kerobokan Sambil Bawa Paspor
DENPASAR – Kecurigaan terhadap adanya pihak lain yang membantu pelarian empat narapidana (napi) asing dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Kerobokan, Bali, kian kuat. Selain medan pelarian yang sulit, mereka kabur dengan membawa paspor. Jadi, diduga sudah ada yang merancang sehingga mereka bisa mudik ke negara masing-masing. ’’Penyerahan paspor itu memang sesuai dengan penetapan hakim saat putusan. Hanya, apakah saat terpidana mendekam di Lapas Kerobokan menitipkan paspor atau barang berharga lain ke pihak lapas, itu belum dicek,’’ jelas Kepala Seksi Pidana Umum Kejari Denpasar Ketut Agung. Mengenai medan pelarian melalui gorong-gorong yang bermuara di lubang keluar di balik pagar lapas, Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Denpasar IGNA Kusumayasa Diputra menyangsikan mereka bisa melakukannya sendiri. ’’Apalagi mereka napi asing. Kami tidak tahu apakah yang membantu mereka napi lokal atau yang lain,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Bali. Tim Brimob Polda Bali juga melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di dalam gorong-gorong sepanjang 15 meter itu. Di dalamnya ditemukan jejak gesekan tangan. ’’Di sana ada tapak tangan di samping-samping terowongan. Diduga dipegang atau digunakan untuk bersandar saat masuk ke terowongan itu,’’ papar Kapolres Badung AKBP Yudit Satriya Hananta. Hal itu diperkuat temuan baju, tas, sepatu, linggis, dan lampu kepala. Jadi, diduga kuat mereka kabur melalui terowongan bawah tanah tersebut. ’’Selain itu, kami memintai keterangan 10 petugas jaga lapas dan satu kerabat napi,’’ katanya. Barang bukti lain yang ditemukan dalam penelusuran anggota Brimob itu berupa dua cetok yang biasa digunakan tukang, sebuah tas berisi charger laptop, dan sandal. Gorong-gorong tersebut kini masih digenangi air cukup tinggi. Saat kejadian, Kerobokan memang diguyur hujan. Polisi akan kembali melakukan olah TKP saat air sudah mengering. ’’Segala kemungkinan bisa terjadi. Termasuk apakah masih ada yang terjebak di dalam lubang itu atau mereka sudah keluar semua,’’ kata Hananta. Shaun Edward Davidson alias Eddie Lonsdale alias Michael John Bayman Bin Eddi (33) warga Australia; Dimitar Nikolov Iliev alias Kermi Bin Alm Nikola Iliev (43) warga Bulgaria; Sayed Mohammed Said (31) warga India; dan Tee Kok King Bin Tee Kim Sai (50) warga Malaysia melarikan diri dengan melewati gorong-gorong pada Senin pagi (19/6) lalu. Mereka keluar melalui lubang hingga di balik pagar lapas yang sebenarnya tak begitu jauh dari menara jaga. Banyak kejanggalan dari pelarian mereka. Salah satunya, CCTV (closed circuit television) di dalam lapas tak berfungsi. Selain itu, salah seorang saksi mengaku masih melihat Said pada Senin pukul 06.30 Wita. Tapi, saat apel pagi pukul 07.30 Wita, Said dan tiga napi asing tersebut sudah dinyatakan tidak ada. Berarti, mereka melarikan diri hanya dalam waktu sekitar satu jam. Pada saat jalanan di depan lapas semestinya sudah ramai dan lokasi lubang keluar mereka tak jauh dari menara jaga. Dalam perkembangan lain, Polres Badung yang di-back up Polda Bali terus mengejar empat napi yang kabur itu. Bila membandel, mereka terancam ditembak. Koordinasi juga dilakukan dengan pihak imigrasi, Bandara Ngurah Rai, serta Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai, dan pelabuhan tikus lainnya. Juga terminal. Salah satu kendala berat yang dihadapi polisi adalah tidak berfungsinya kamera pengintai (CCTV) di lapas. Begitu juga CCTV di luar. Meski demikian, polisi sudah mengambil rekaman kamera di dalam lapas untuk dianalisis. Sementara itu, menurut informasi, polisi dan petugas lapas sudah memeriksa sejumlah rekaman kamera pengawas di seluruh lapas. Total 41 kamera ditarik atau dicek dari seminggu sebelum para narapidana itu dinyatakan hilang. Dari Jakarta, terkait dengan bertumpuknya persoalan di berbagai lapas, Menkum HAM Yasonna H. Laoly mengajukan pembahasan khusus bersama presiden. Sebab, persoalan tersebut tidak bisa ditanggung sendiri oleh kementeriannya. ’’Saya sudah mengirim surat ke Mensesneg untuk membuat ratas, untuk membantu lapas. Termasuk tentang pengalihan napi ke daerah-daerah terluar,’’ katanya. Yasonna mengakui, Lapas Kerobokan memang bermasalah. Lapas tersebut sudah overkapasitas. ’’Dari dulu sudah ada masalah dan sekarang ada pikiran untuk memindahkannya ke tempat lain,’’ lanjut politikus PDIP itu. Hanya , niat tersebut tidak sebanding dengan kemampuan Kemenkum HAM saat ini. ’’Tanah di Bali kan mahal sekali,’’ ucapnya. Disinggung soal CCTV yang tidak berfungsi, Yasonna tidak secara lugas mengakuinya. Namun, yang jelas, pihaknya sekarang sedang menginvestigasi kasus itu. Bila memang ada kelalaian, akan ada mekanisme yang mengikuti. Apalagi bila ternyata ditemukan bahwa kaburnya para napi tersebut disengaja, bukan karena kelalaian. Sementara itu, pengamat penjara dan kriminolog Leopold Sudaryono menduga, pelarian napi asing tersebut merupakan hasil kerja sama yang cukup baik antara napi dan beberapa pihak. Bisa oknum petugas lapas atau pihak luar lainnya. Baik dalam bentuk pengiriman logistik, jadwal di lapas, maupun transportasi. ’’Ini contoh di mana pengamanan lapas tidak memiliki kemampuan deteksi dan tangkal terhadap titik lemah lapas dari sisi luar,’’ jelasnya kepada Jawa Pos. (ken/pit/byu/tyo/c5/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: