DLH Kurang Antisipasi, Janjikan Pengangkutan Sampah Bertahap

DLH Kurang Antisipasi, Janjikan Pengangkutan Sampah Bertahap

CIREBON – Penumpukan sampah setelah Idul Fitri, menunjukkan kurangnya antisipasi dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Masalah serupa juga terjadi tahun lalu. Pertambahan penduduk karena arus mudik dan wisata, membuat volume sampah naik hingga 60 persen dari kondisi normal. Kendati demikian, Pelaksana Tugas (Plt) DLH, Ir Agung Sedijono MSi berkilah, ada faktor lain yang menyebabkan sampah di dalam kota tak tertangani. Hal itu di luar jangkauan dinas yang dipimpinnya untuk melakukan pengelolaan. “Pengangkutan sampah juga terganggu karena alat berat di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Kopi Luhur mengalami kerusakan,” ujar Agung, kepada Radar, Jumat (30/6). Tak hanya itu, ia menilai pengelolaan persampahan tidak mengikuti kondisi Cirebon sebagai kota tujuan perdagangan dan jasa. Jumlah penghuni Kota Cirebon pada hari biasa tiga kali lipat dari penduduk resmi yang berjumlah sekitar 324.792 jiwa. Secara statistik, Pemerintah Kota Cirebon mencatat penghuni Kota Cirebon pada pagi sampai sore hari bisa mencapai 1 juta orang. Jumlah ini bisa berkali-kali lipatnya di saat  momen tertentu seperti libur panjang dan mudik lebaran. Kondisi ini juga menambah volume sampah setiap harinya. “Ini memang menjadi rutinitas tahunan. Sama seperti saat pergantian malam tahun baru. Sampah pasti bertambah banyak,” tuturnya. Sejauh ini, kata dia, DLH hanya bisa melakukan penambahan ritasi pengangkutan dari TPS ke TPA Kopi Luhur. Masalahnya, kendala alat berat menambah rumit masalah dan membuat pengangkutan sempat terhenti . “Alat berat kita rusak. Jadi sampah sengaja disimpan dulu di TPS. Sekarang alatnya sudah diperbaiki. Tapi masih ada yang belum diperbaiki,” katanya. Agung mengungkapkan, volume sampah di malam lebaran bisa mencapai 800 meter kubik. Biasanya sehari-hari hanya sekitar 650 meter kubik. Sejauh ini penyumbang sampah terbesar masih dari pasar. Dengan rusaknya alat berat sampah, menjadikan tumpukan sampah tidak bisa dibuang ke TPA. Karena kalau dipaksa dibuang ke sana, sampah akan menumpuk di tepian jalan karena tidak dapat diuraikan ke lahan yang ada. Sampai kemarin, baru TPS LP Kesambi dan TPS Sunyaragi yang sudah diangkut. Sedangkan TPS utama lainnya seperti Perumnas, Krucuk dan Pesisir baru akan diangkut setelahnya secara bertahap. Artinya, penumpukan sampah masih akan berlangsung di beberapa TPS lainnya. Kerusakan alat berat itu sudah berlangsung lama. Hanya saja, memperbaiki alat berat tidak semudah servis mobil biasa. Butuh suku cadang khusus dan orang tertentu. Hotel di Kota Cirebon penuh dengan masyarakat luar kota. Hal ini dikhawatirkan akan menjadi kesan tidak baik saat melihat tumpukan sampah menggunung. Rahmat Hidayat (39), warga Kesambi mengatakan, tumpukan sampah di TPS LP Kesambi sampai ke bahu jalan. Hal ini sudah menjadi pemandangan rutin. Namun, akan menjadi berbeda jika yang melihat masyarakat luar kota. “Jangan sampai gara-gara sampah menumpuk, imej Kota Cirebon menjadi tidak baik di mata masyarakat luar kota,” ucapnya. Sebagai masyarakat, Rahmat berharap DLH segera mencarikan solusi agar sampah tidak menumpuk di TPS dalam jangka waktu lama. Selain bau tidak sedap, kesehatan masyarakat sekitar terancam. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: