Setelah Baju Lebaran, Tinggal Seragam Sekolah

Setelah Baju Lebaran, Tinggal Seragam Sekolah

CIREBON - Menghadapi momen tahun ajaran baru, orang tua harus memiliki pengeluaran yang cukup besar untuk mempersiapkan kebutuhan sekolah anaknya. Apalagi bagi mereka yang memiliki anak lebih dari satu dan berganti jenjang pendidikan. Juni dan Juli mungkin jadi dua bulan yang paling menyedot keuangan. Terutama untuk orang tua yang anaknya sudah mengenyam pendidikan formal. Setelah kebutuhan lebaran, giliran keperluan sekolah yang harus dipenuhi. Berbagai perlengkapan sekolah seperti baju seragam, alat tulis, tas dan sepatu sekolah seakan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi para orang tua.  Tidak sedikit dana yang orang tua siapkan untuk membeli kebutuhan sekolah. Salma Rosmiana (36), misalnya. Warga Perumnas, Kecamatan Harjamukti, ini telah menyiapkan sekitar Rp4 juta untuk persiapan segala perlengkapan kedua anaknya masuk sekolah. \"Yang satu SD, yang satunya baru masuk SMP,\" ujar Salma, saat ditemui di salah satu toko perlengkapan sekolah. Ia menyadari kendala biaya merupakan hal yang harus orang tua hadapi demi sekolah anak-anak. Apalagi dua anak Salma baru saja terdaftar sebagai siswa baru di sekolah masing-masing. \"Semuanya ingin serba baru, walaupun masih ada perlengkapan yang masih bisa dipakai,\" katanya. Dana yang disiapkan tentu masih bisa melambung. Itu belum termasuk tambahan pembiayan di sekolah seperti buku pelajaran atau keperluan yang berkaitan dengan penunjang kegiatan belajar mengajar. Hal senada disampaikan Firda Yuliana (38). Warga Kesambi ini mengaku menyiapkan dana Rp3 juta untuk perlengkapan kedua anaknya di bangku SD dan SMA. \"Yang menjadi kendalan utama biaya. Sekarang semua serba mahal. Tapi yang namanya kebutuhan anak sekolah, mau tidak mau harus ada,\" ungkapnya. Dari anggaran itu, Firda berharap bisa memenuhi perlengkapan sekolah yang dibutuhkan anaknya, seperti seragam, alat tulis, baju dan tas. \"Yang masuk SD ini, ya otomatis butuh semuanya. Seragam, tas, sepatu, buku tulis. Tapi kalau kakaknya yang SMA, paling-paling cuma alat-alat tulis, sama sepatu karena udah harus ganti,\" bebernya. Dadang (40), salah satu karyawan di toko perlengkapan sekolah kawasan Lawanggada mengungkapkan, mendekati pelaksanaan tahun ajaran baru, barang jualannya semakin kebanjiran pembeli sehingga penghasilannya bertambah. \"Bila pada hari biasa, seragam laku hanya 5 sampai 10 potong, tetapi sejak beberapa waktu lalu baju sekolah dalam sehari bisa laku 50 sampai 100 potong,\" katanya. Ia mengatakan, jenis baju yang dicari tersebut bervariasi mulai dari seragam SD, SMP hingga SMA baik untuk laki-laki dan perempuan. \"Harga seragam sekolah bervariasi tergantung ukuran dan merek. Makin besar ukuran baju maka harga juga lebih mahal. Yang ukuran SD aja satu stel mulai harga Rp80 ribu untuk perempuan dan Rp70 ribu untuk laki-laki,\" katanya. Diakui Dadang, sejak libur lebaran banyak warga mencari tas, sepatu, dan seragam. Namun yang paling mendominasi perlengkapan sekolah seperti buku dan pensil. \"Mungkin karena seragam dan sepatu kebanyakan siswa baru yang membeli tetapi untuk keperluan buku karena baru masuk makanya perlu buku baru,\" katanya. Pengelola keuangan, Widya Triani (31) mengungkapkan, lebaran dan tahun ajaran baru yang berdekatan memang perlu strategi khusus dalam pengelolaan keuangan. Ia menyarankan agar orang tua cermat menentukan skala prioritas. \"Catat dulu semua rencana pengeluaran secara detail. Setelah list selesai, urutkan skala prioritas dari yang paling perlu sampai yang tidak begitu perlu,\" katanya. Widya menambahkan, selama pandai merencanakan dan disiplin dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya, pasti berhasil mengelola keuangan dengan baik. Termasuk memanfaatkan sisa tunjangan hari raya (THR). Tidak menutup kemungkinan, banyak orang tua yang sudah memikirkan pos anggaran untuk kebutuhan sekolah jauh-jauh hari. Apalagi untuk yang anaknya masuk ke jenjang pendidikan baru. Selain biaya perlengkapan, tentu perlu juga menyisihkan untuk biaya masuk sekolah, daftar ulang dan berbagai keperluan lainnya. “Kuncinya cermat mengatur uang. Jadi kita bisa mengatur semua sesuai dengan kemampuan,” katanya. (mike dwi setiawati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: