Diserang Ulat Grayak, Petani Bawang dan Cabai Menjerit

Diserang Ulat Grayak, Petani Bawang dan Cabai Menjerit

CIREBON – Sejumlah petani bawang dan cabai di Kabupaten Cirebon kini sedang kelimpungan mengantisipasi serangan hama dan ulat tanaman. Salah satunya adalah Amran (43), petani asal Desa Kalirahayu Kecamatan Losari yang ditemui Radar di lokasi lahan miliknya kemarin. Dikatakan Amran, saat ini ada dua jenis gangguan pada petani bawang dan cabai, yakni hama dan penyakit. “Hama ulat, menyerang daun bawang dan menggerogoti isinya sampai ke tanah. Kalau bahasa petani disebut Ulat Grayak. Kalau penyakitnya menyerang daun cabai. Namanya Stri. Daun mengkerut dan tidak bisa tumbuh normal,” ujarnya. Akibat serangan Ulat Grayak atau Spodoptera Litura, perlahan-lahan daun bawang mati. Jika daun bawang sudah tidak bisa dimakan, maka selanjutnya ulat akan memakan bagian inti bawang yang berada di dalam tanah. “Padahal obat-obatan kita rutin. Tapi sekarang ulatnya tambah  bandel. Mungkin sebagian sudah jadi kebal. Disemprot dengan dosis yang umum tidak mempan,” imbuhnya. Dampak lainnya, akibat serangan Ulat Grayak tersebut, produksi bawang menjadi turun drastis. Bahkan bisa berkurang dari hasil biasanya. “Satu hektare itu biasanya 14 ton. Tapi kalau diserang ulat begini, biasanya tidak sampai setengahnya. Turunnya drastis. Terlebih, ongkos tanam sekarang naik. Nyari air susah,” keluhnya. Yang paling parah, saat ini harga bawang di tingkat petani sedang hancur. Bawang-bawang yang sudah terserang Ulat Grayak dan kondisi buahnya sudah tidak utuh, maka akan disatukan dalam tumpukan bawang kualitas rendah atau KW. Harganya pun akan jatuh. Jika harga bawang biasa sampai Rp15 ribu untuk kualitas paling bagus, untuk yang cacat hanya dihargai Rp1.000 hingga Rp2.000 per kilogram. “Yang diperhatikan jangan cuma para pembeli dan konsumen saja. Para produsen dan petani juga perlu. Caranya adalah, bagaimana menjaga harga bawang tidak jatuh saat panen dan menurunkan atau mensubsidi harga pupuk, obat, serta benih. Sehingga petani bisa sedikit merasakan untungnya,” ungkapnya. Sementara itu, petani cabai, Hermanto (45) tidak kalah menderita dari petani bawang. Saat ini, penyakit Strip begitu banyak menyerang. Hampir seluruh wilayah kena serangan penyakit Strip yang dimulai dengan menyerang daun. “Selain pohon cabai tidak tumbuh sempurna. Untuk pemulihan kondisi tanaman, petani harus melakukan penyemprotan obat-obatan dua hari sekali. Satu kali semprot biayanya hampir Rp500 ribu, ditambah harga cabai di tingkat petani juga sedang turun dan murah,” ungkapnya. (dri)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: