Warga Nahdliyin Minta Sutan Dihukum
CIREBON - Tak terima dengan pernyataan politisi Partai Demokrat Sutan Bhatoegana yang dinilai melecehkan Alm KH Abdurahman Wahid (Gus Dur), massa Nahdlatul Ulama (NU) di wilayah III Cirebon turun ke jalan. Di Kabupaten Cirebon, mereka mendatangi Fraksi Demokrat di kantor DPRD, di Majalengka meluruk kantor DPC Demokrat, dan di Kota Cirebon massa tumpah di perempatan Jl Pemuda. Di Kabupaten Cirebon, massa yang terdiri dari berbagai badan otonom NU seperti GP Ansor Kabupaten Cirebon, PMII Cabang Cirebon, Banser, Fatayat NU, Muslimat NU, IPNU, Fahmina Institute, KBNU, DEMA IAIN Syekh Nurjati Cirebon, BEM ISIF, Bayt Al-Hikmah dan masyarakat Kabupaten Cirebon yang fanatik dengan Gus Dur (Gusdurian), mendatangi gedung DPRD Kabupaten Cirebon sekitar pukul 13.00 dengan membawa sejumlah bendera dan poster berisi hujatan terhadap Sutan Bhatoegana dan Partai Demokrat. Di depan pintu masuk DPRD, mereka menyampaikan sejumlah orasi dijaga ketat satu pleton Dalmas Polres Cirebon. Intinya, tidak terima dengan sikap dan pernyataan Sutan dalam sebuah dialog kenegaraan bertema Pembubaran BP Migas untuk kemakmuran rakyat, di mana Sutan mengatakan diberhentikannya Presiden RI Ke-4 (Alm KH Abdurahman Wahid) karena telah melakukan tindak pidana korupsi Buloggate dan Bruneigate. “Itu pernyataan yang sangat menyesatkan, semua orang tahu bahwa polemik yang terjadi pada saat itu Gus Dur dijatuhkan secara politik bukan karena kasus hukum,” papar Korlap Aksi M Umar. Justru, lanjutnya, Sutan Bhatoegana yang sekarang sedang terlibat kasus korupsi pengadaan solar home system (SHS) di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tidak hanya Sutan, tapi banyak lagi politisi Partai Demokrat yang terlibat kasus korupsi. “Ini sudah termasuk pelecehan terhadap anak bangsa, tokoh pemersatu bangsa dan tokoh bangsa yang telah banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan bangsa ini,” imbuhnya. Oleh sebab itu, massa meminta agar Sutan segara mencabut pernyataannya yang menjurus pada fitnah dan meminta maaf kepada keluarga besar NU. Setelah berorasi, massa diajak masuk ke salah satu ruangan lantai II DPRD Kabupaten Cirebon. Mereka ditemui langsung Ketua DPRD Kabupaten Cirebon H Tasiya Soemadi Al Gotas SE MM didampingi anggota komisi I dari Fraksi PKB M Naufal Fuad Hasyim, anggota komisi I dari Fraksi PKS H Satori SE, anggota komisi I dari fraksi GBR Drs H Jaya Taram SH, anggota komisi II dari fraksi PDIP Suhendi Azhari MM, anggota komisi III dari Fraksi PDIP Ujang Sawita dan anggota komisi IV dari fraksi PDIP Nina Kerisnawati. Satu-persatu, perwakilan massa dipersilahkan oleh Ketua DPRD Kabupaten Cirebon untuk menyampaikan aspirasi dan tuntutannya. Ketua PMII Cabang Cirebon Muzayin Harits meminta agar pimpinan DPRD segera memanggil anggota dari Fraksi Partai Demokrat untuk dihadapkan kepada perwakilan massa meminta penjelasan terkait pernyataan Sutan. Permintaan itu dikabulkan H Gotas dengan mencoba menghubungi via ponsel, tapi hampir sebagian nomor HP-nya tidak ada yang aktif. Tidak puas dengan itu, mereka meminta agar DPRD membuat surat yang disampaikan kepada Presiden RI yang berisi agar Sutan dipecat dari Partai Demokrat karena sudah menghina tokoh bangsa. Menjawab tuntutan massa, H Gotas mengatakan akan membuat surat dan disampaikan kepada pemerintah pusat tentang tuntutan yang disampaikan para warga Nahdliyin Kabupaten Cirebon. “Agar lebih meyakinkan surat itu akan dibawa langsung oleh M Naufal Fuad Hasyim ke Jakarta,” ucapnya. Sementara, anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Kabupaten Cirebon Iin Solikin menyatakan sebenarnya, DPP Partai Demokrat melalui Ketua Umum Anas Urbaningrum sudah menyatakan permohonan maaf kepada warga NU atas kesalapahaman persepsi pernyataan yang disampaikan Sutan Batoegana dan tidak ada maksud dari Partai Demokrat untuk menyudutkan salah satu pihak apalagi seorang bapak bangsa seperti Gus Dur. “Kalau warga nahdliyin merasa tersinggung dengan jelas Mas Anas sudah minta maaf,” bebernya. Di Kota Cirebon, massa menyampaikan kemarahan dan keberatan di Jl Pemuda. \"Pernyataan Sutan Bhatoegana merupakan fitnah dan pelecehan terhadap Gus Dur yang kita ketahui sebagai putra terbaik bangsa, guru bangsa, tokoh pemersatu bangsa, agamawan, negarawan, budayawan, yang banyak berkontribusi terhadap kemajuan demokrasi di Indonesia. Sutan itu, Maling Teriak Maling,\" tegas seorang orator, Umar. MASSA BAKAR FOTO SUTAN BHATOEGANA Di Majalengka, Banser, Gerakan Pemuda (GP) Anshor, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Nahdliyin Bersatu Majalengka, membakar foto dan poster Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana, di depan Kantor DPC Partai Demokrat Majalengka. Tindakan ini dilakukan massa demonstran, sebagai bentuk kekecewaan atas pernyataan Bhatoegana. Selain membakar poster, massa juga sempat bersitegang dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) saat mencoba sweeping ruangan Fraksi Partai Demokrat di Gedung DPRD Majalengka. Komandan Banser Kabupaten Majalengka Didin Aminudin menjelaskan, pernyataan Bhatoegana soal Gus Dur lengser akibat tersangkut skandal Bulogate dan Brunaigate sangat tidak berdasar. “Sutan Bhatoegana sudah memfitnah Gus Dur. Oleh karena itu, Bhatoegana tak cukup hanya meminta maaf, tapi harus diproses sesuai hukum,” tegasnya. “Kami sepakat apa yang menjadi tuntutan kawan-kawan Banser dan PMII Majalengka, jika Sutan harus minta maaf terkait pernyataannya di media. Dengan catatan, jika benar dia mengatakan seperti itu. Karena terus terang, kita tidak lihat dan dengar langsung dia berkata menjelekan Gus Dur,” kata Sekretaris DPC Partai Demokrat Majalengka, Carsa Suhenda didampingi Wakil Ketua Farid Abdul Azis dan Bidang Litbang Deden Hamdani. SESALKAN PEMBAKARAN Aksi pembakaran bendera Partai Demokrat oleh elemen Nahdlatul Ulama (NU) disesalkan KH Anom Kusumajati. Dia prihatin atas aksi warga NU yang notabene kaum santri dan terdidik, yang mestinya menggunakan akhlakul karimah dalam menyikapi atau merespons sebuah persoalan. Dengan membakar bendera, kata dia, jeIas bukan cara-cara nahdliyin. “Itu bukan cara nahdliyin. Ya tidak etis. Sebagai nahdliyin, santri tentunya harus mengedepankan akhlakul karimah,” kata Mustasyar PCNU Kabupaten Cirebon ini kepada Radar, kemarin. Dikatakan, aksi tersebut justru akan memperkeruh suasana. Terlebih situasi politik jelang pemilihan gubernur (Pilgub). Untuk itu, Abah Anom mengimbau agar nahdliyin menahan emosi di tengah suhu poIitik yang semakin memanas. “Saya prihatin. Saya imbau warga NU untuk menahan diri,” papar pengasuh Pondok Pesanten Balerante, Kecamatan Palimanan ini. Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon KH AIi MurtadIo MA ikut prihatin atas aksi tersebut. Menurutnya, masih banyak cara yang Iebih eIegan dalam menyeIesaikan masaIah. “Kalau kasus Sutan Bhatoegana yang melecehkan Gus Dur itu benar ya harus disikapi agar di kemudian hari tidak teruIang Iagi. Tapi tidak dengan membakar bendera. Mungkin bakar bendera sebagai ekspresi kecaman. Ya sama seperti ketika kita mengecam Israel, kemudian bakar benderanya. Kira-kira begitulah,” paparnya. Terpisah, Ketua DPP PD, Ir HE Herman Khaeron MSi melalui siaran persnya sangat menyesalkan terjadinya pembakaran terhadap bendera Partai Demokrat. Menurutnya, apa yang disebut Soetan Batoegana adalah pernyataan pribadi bukan pernyataan partai, tidak ada kaitan maupun mewakili Partai Demokrat. “Pembakaran terhadap simbol-simbol institusi adalah perbuatan yang melampaui etika dan karakter bangsa Indonesia yang mengedepankan silaturahmi dan saling hormat menghormati,” tukas anggota DPR RI dapiI Cirebon dan Indramayu ini. Dikatakan, andaikan ada tuntutan dan aspirasi yang disampaikan terhadap Sutan Bhatoegana, tentu pihaknya akan terima dengan kedua belah tangan terbuka. “DPP melalui Ketua Umum juga sudah menyampaikan permohonan maaf jika pernyataan pribadi Sutan telah menyinggung perasaan saudaraku warga nahdliyin,” papar pria yang akrab disapa Hero. “Perlu disampaikan saya juga nahdliyin tulen, ketum dan sekjen juga nahdliyin serta kami sangat menghormati kiai, sesepuh dan para tokoh agama di lingkungan Nahdatul Ulama,” tambah dia. Senada disampaikan Ketua DPC Partai Demokrat Kab Cirebon H Agus Effendi SH MH. Ia menyesaIkan aksi pembakaran atribut Partai Demokrat. “Masih ada cara yang lebih baik dalam menyeIesaikan masaIah. Toh ketum kami sudah meminta maaf,” ungkapnya. (jun/mik/azs/fen)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: