Warga Cangkol Kaget Tarif PDAM Naik

Warga Cangkol Kaget Tarif PDAM Naik

Ngaku Tak Dapat Edaran, Kenaikan Hampir Dua Kali Lipat LEMAHWUNGKUK- Warga RW 04 Cangkol Utara kaget dengan kenaikan tarif retribusi air minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pasalnya, warga mengaku tidak mendapatkan sosialisasi terkait kenaikan tarif yang diberlakukan untuk penggunaan Desember 2012. “Ya saya kaget, dari biasanya bayar Rp60 ribu paling mahal Rp70 ribu, sekarang harus membayar Rp115 ribu. Nggak ada pemberitahuan dulu kalau mau naik,” ujar Warga Cangkol Utara, Susilawati (38), kepada Radar, Kamis (3/1). Yang disesalkan Susilawati, bukan hanya tarif PDAM yang naik signifikan, tetapi juga aliran air yang tak lancar. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, keluarganya lebih banyak menggunakan air tanah dan air PDAM hanya digunakan untuk mandi. “Kalau airnya ngocor sih tidak masalah. Ini saya sudah bayar listriknya mahal karena pakai pompa, ditambah (tariff, red) air juga naik,” sesalnya. Warga lainnya, Bedurasid juga kaget dengan tagihan yang diterimanya. Pasalnya, dirinya biasa membayar Rp16 ribu per bulan. Namun, Rabu (2/1), dirinya diharuskan membayar sekitar Rp31 ribu. Jelas, hal ini dirasa sangat memberatkan karena dirinya juga tetap harus membayar biaya pompa air yang menggunakan listrik. “Jelas memberatkan. Mending airnya lancar. Kalau lancar sih saya juga tidak masalah. Katanya ini sedang diperbaiki, tapi sampai sekarang ya masih begini-begini saja,” tukasnya. Bedurasid mengaku, tidak ada edaran yang diterima dari PDAM, sehingga kenaikan tarif ini tidak diketahuinya. “Kalau dengar mau naik, iya memang. Tapi tidak ada edaran,” ucapnya. Sementara itu, tokoh masyarakat setempat, Kri Prayitno menyesalkan langkah PDAM yang langsung menaikan tarif sekaligus. Sebab, untuk kawasan Cangkol, masyarakatnya rata-rata berpenghasilan menengah ke bawah. Apalagi, warga juga tidak menerima sosialisasi dari PDAM. Padahal, mereka adalah pelanggan yang berhak tahu mengenai persoalan tersebut. “Seharusnya sosialisasinya tidak hanya melalui media atau menggunakan edaran. Tapi juga dengan datang ke masing-masing RW atau kelurahan sehingga warga tidak kaget,” katanya. Menurut Kri, kenaikan tarif PDAM yang diberlakukan saat ini, seolah tidak memerhatikan daya beli masyarakat, khususnya yang berpenghasilan menengah ke bawah. “Seharusnya wali kota bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan. Di akhir jabatannya, bukannya justru memunculkan luka seperti ini,” tandasnya. Sementara itu, saat hendak dikonfirmasi melalui sambungan teleponnya, Direktur Umum PDAM, Sofyan Satari SE MM, tidak memberikan jawabannya. Begitu juga Direktur Utama PDAM, Wiem Willantara. (kmg)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: