Atap Jebol, Pegawai Nyaris Tertimpa
KEJAKSAN - Kantor Bagian Perlengkapan pemerintah kota (pemkot) Cirebon jebol karena dimakan rayap, kemarin. Faktor usia disebut menjadi penyebab hancurnya salah satu atap di dalam kantor yang dipimpin Drs H Abdul Syukur MSi itu. Mengingat usia gedung tersebut sudah lebih dari 17 tahun tanpa peremajaan. Kasubag Pendayagunaan dan Pengendalian Aset Daerah Bagian Perlengkapan, Lolok Tiviyanto SE menuturkan, jebolnya atap tersebut tidak menimbulkan korban jiwa atau luka. Hanya saja, saat jebol hampir menimpa staf bagian perlengkapan yang sedang bekerja di bawahnya. Jebolnya atap tersebut, diduga kuat karena faktor usia dan termakan rayap. Sehingga pihaknya sulit mendeteksi akan musibah tersebut. “Kalau rayapnya ngasih tahu dulu, mungkin bisa kita antisipasi,” guraunya kepada Radar, kemarin. Di kantor yang atapnya ambruk itu, bagian perlengkapan bekerja dan berhasil menyumbangkan pendapatan asli daerah (PAD) sekitar Rp600 juta lebih pada 2012 lalu. Padahal target PAD tahun itu hanya Rp360 juta. “Angka yang cukup tinggi. Mengingat kami hanya mengelola aset,” ucapnya. Jumlah tersebut, berasal dari dana finansial Rp383 juta dan nonfinansial Rp297 juta. Dana nonfinansial, penghasilan didapatkan dari barang tukar guling maupun penghapusan. Dibandingkan tahun 2011 lalu, terjadi penurunan PAD dari semula Rp700 juta. Hal itu disebabkan karena 2011, sebagai tahun dimulainya sewa aset selama lima tahun ke depan. Artinya, wajar dalam tahun 2011 itu penghasilan lebih banyak. Meskipun ada penurunan, PAD tahun 2012 tetap dianggap prestisius karena lebih natural. “Kalau kita kelola aset dengan baik, maka bisa menghasilkan PAD murni lebih tinggi. Kita melihat PT POS dan PT KAI, mereka banyak menyewakan asetnya,” terangnya. Langkah itu bisa ditiru pemkot. Seperti gedung wanita, TAIS, dan lapangan Kebumen, bisa dimaksimalkan untuk penyewaan. Lolok yakin, aset bisa mendapatkan pemasukan lebih seperti halnya sektor pajak. Ke depan, akan ada pola lebih terbuka untuk mendapatkan PAD dari aset. Seperti kantin di setiap sekolah akan disewakan, kantin kantor pemkot dan sejenisnya. Menurunya, pemasukan bisa didapatkan dari pemakaian kekayaan. Di antaranya sewa tanah bangunan maupun penjualan aset-aset yang tidak dipisahkan. Terkait jebolnya atap kantor perlengkapan yang konsen di bidang aset, Lolok tidak banyak komentar. Hanya saja, atas jebolnya atap tersebut, secara umum tidak mengganggu kinerja pegawai di bagian perlengkapan. “Segera mungkin akan kami perbaiki. Ini juga aset pemkot yang kami miliki,” tuturnya. Pengamat pemerintahan, Rochmat Hidayat SIP MA mengatakan, bagaimanapun alasannya, jebolnya atap kantor perlengkapan itu menjadi satu hal yang kontraproduktif. Di satu sisi bagian tersebut memberdayakan aset dan perlengkapan guna pencapaian PAD. Namun dengan keadaan atap jebol, hal itu menjadi tinjauan ulang bagi pemkot untuk meremajakan gedung-gedungnya. “Minimal peremajaan itu dilakukan, atau setidaknya perawatan maupun pengecekan berkala,” sarannya. Alumni S2 Kebijakan Publik dan Ilmu Pemerintahan UGM Yogyakarta itu meminta pemkot untuk lebih jeli dalam memelihara aset-asetnya. Diakuinya, kejadian atap jebol merupakan hal yang biasa. Menjadi tidak biasa karena selama 17 tahun atap tersebut dibiarkan tanpa perawatan maupun pemeliharaan. Bisa dibayangkan, jika hal itu terjadi di ruang kerja wali kota dan menimpa Subardi. “Di sini perlu ada perbaikan dan perawatan berkala. Khususnya untuk bagian-bagian yang jarang terpantau seperti atap itu,” tandasnya. (ysf)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: